"Itu yang kita lihat sebenarnya. Setelah mereka diberi kesempatan untuk torok, (Persembahan adat lewat ungkapan bahasa Manggarai kepada Tuhan, alam dan leluhur), mereka bisa torok lebih baik daripada yang lebih tua (tetua),” jelasnya.
Soal pewarisan kebudayaan, sesungguhnya nenek moyang orang Manggarai sudah menyampaikan itu dalam pelisanan yang ada goét (syair) Manggarai.
Pelisanan dalam goét-goét itu semuanya memiliki arti regenerasi.
Di antaranya seperti goét serong dise empo - mbate dise ame, pede dise ende letang dise ema, paka na'ay ngger wa paka bembang ngger peang.
Baca juga: Ini 7 Kesenian Teater Tradisional Asli Indonesia, Lenong hingga Ludruk
Lalu, wakak betong asa manga wake nipu tae, muntung gurung pu'u manga wungkut nipu curup, tepo betong senggok manga wolo nipu tombo, bete pering pengge manga laro nipu jaong, keti pering weri manga rede repeng nggejek.
Lebih dari itu, ia meyakini bahwa budaya Manggarai menjadi jalan kearifan bagi kita (orang-orang Manggarai) lewat Unika menjadi mbaru ba rangkung, osang ba momang dan niang ba di'a.
"Unika menjadi rumah kehidupan juga menjadi pohon kehidupan yang memberi naungan, memberi buah, daun, kayu juga menjadi air kehidupan bagi kita semua,” jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.