"Kadang saya juga bingung honor dari Tagana tidak cukup tapi saat kita ikhlas, rezeki akan datang dengan sendirinya. Yang penting hidup cukup untuk makan dan sekolah anak dan tak perlu mewah," ucap Nero.
Meski menjadi minoritas di tengah dominasi kaum laki-laki, Nero tidak pernah mendapatkan diskriminasi saat menjadi anggota Tagana. Bahkan ia banyak mendapatkan pelajaran hidup mulai dari rekan hingga korban bencana alam.
"Alhamdulillah selama saya berada di Tagana dari tahun 2006 enak-enak aja. Walaupun baru ketemu kita sudah seperti saudara, gak ada gap atau lainnya saling menghormati kalau di sini," tambahnya.
Bertugas di Lokasi Gempa dan Tsunami Palu Selama bertugas sebagai anggota Tagana, Nero sudah puluhan kali terjun langsung ke lokasi bencana membantu korban hingga melakukan asesmen data bencana.
Bahkan, Nero beberapa kali diganjar penghargaan di tingkat kota hingga nasional atas kiprahnya menjadi anggota Tagana.
Akan tetapi bagi dirinya, tugas yang tak pernah dilupakannya yakni ketika ke lokasi gempa dan tsunami yang menerjang Kota Palu, Sulawesi Tengah pada 2018 bersama 10 rekannya di Jabar.
Menurutnya, bencana alam yang menerjang Kota Palu adalah yang paling parah yang ia temui selama bertugas. Ditambah dengan akses jalan yang sulit menuju lokasi.
"Tugas paling jauh ke Palu tahun 2018. Dari 11 orang anggota tim dari Jabar, saya perempuan satu-satunya yang ditugaskan ke sana," ujarnya.
Di Palu, dia bersama rekannya ditugaskan di bagian dapur umum untuk menyiapkan makanan dan logistik bagi para korban dan juga petugas.
"Sekitar satu bulan di sana, kita di dapur umum dalam sehari bisa memasak sampai 15.000 porsi. Kami juga berikan trauma healing ke para korban. Terus juga kami bagikan logistik titipan warga Jabar," kata Nero.
Nero mengaku selama berada di Palu dan lokasi bencana lainnya, tidak pernah mengalami musibah dan juga kesulitan. Walapun ketika bertugas hanya bisa tidur selama 1-2 jam saja, tetapi tidak berdampak kepada kesehatannya.
Bahkan hingga kini usianya memasuki 50 tahun, dia masih terjun ke lapangan.
"Ada rasa capek, tidur di tenda tapi badan tetap fit. Kalau anak sama keluarga suka khawatir tapi sekarang sudah biasa. Hanya titip selalu hati-hati," ucap Nero.
Dia bertekad akan terus menjadi anggota Tagana selama masih diberikan umur. Hal ini karena menurutnya, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sekitarnya.
"Sampai umur saya masih ada, meski di Tagana tidak ada batasan umur. Kalau orang itu masih aktif tidak masalah ingin seumur hidup untuk mendedikasikan hidupnya untuk masyarakat," pungkas Nero.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.