Kekhawatiran Markus juga bukan tidak berdasar, pernah suatu kali, masyarakat Binuang melaporkan pernah menarik pesawat perintis yang melewati bagian runway amblas.
Akibatnya, warga setempat bergotong royong untuk menarik pesawat secara manual agar kembali melintas di bagian runway yang bagus.
"Jadi memang butuh perhatian semua pihak. Karena Bandara Binuang adalah salah satu bandara untuk lokasi pengiriman Sembako bagi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat perbatasan Negara," kata Markus.
Baca juga: Warga Perbatasan RI-Timor Leste Serahkan 230 Senjata Api Rakitan kepada TNI
Untuk diketahui, Bandara Binuang, awal mulanya dibangun pada masa misionaris dalam penyebaran agama dan misi kemanusiaan.
Kala itu masyarakat Krayan Tengah membuat bandara secara swadaya dengan alat seadanya.
Bandara ini juga yang menjadi salah satu tumpuan warga Krayan untuk bisa mengakses transportasi udara, dengan rutinitas pengangkutan Subsidi Ongkos Angkut (SOA) orang dan barang.
Di kecamatan Krayan, ada tiga bandara yang aktif beroperasi, masing-masing, Bandara Long Bawan, Bandara Long Layu dan Bandara Binuang.
Usulan pengembangan pembangunan bandara Binuang ini juga didasari beberapa insiden kecelakaan pesawat yang mendarat saat musim hujan.
Maskapai Susi Air jenis Pilatus, tercatat pernah tergelincir di bandara ini pada 17 Desember 2018 silam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.