MUKOMUKO, KOMPAS.com - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu meminta agar jangan ada lagi pemancingan yang membuat buaya di Sungai Selagan, Kabupaten Mukomuko mati.
"Intinya kami menyarankan tidak ada tindakan yang dilakukan baik masyarakat atau siapa pun yang membuat satwa dilindungi mati."
Demikian kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Said Jauhari saat dihubungi dari Mukomuko, Kamis (18/4/2024).
Said Jauhari mengatakan hal itu setelah muncul kembali konflik antara buaya dan manusia di wilayah Kabupaten Mukomuko.
Kasus terbaru, seorang warga Desa Tanah Harapan, Kecamatan Kota Mukomuko, meninggal dunia karena diserang buaya muara saat mencari ikan lokan di Sungai Selagan. Peristiwa terjadi pada Senin (15/4/2024) lalu.
Baca juga: Buaya Muncul di Sungai Paluh Putri Medan, BBKSDA Sumut Turun Tangan
Korban bernama Ide Suprianto (27) asal Desa Sari Bulan, Kecamatan Air Dikit meninggal dunia setelah kakinya digigit buaya.
Dikabarkan, satwa buas tersebut sempat menghempaskan tubuh korban berkali-kali di Sungai Selagan.
Ia mengatakan, paling tidak, kalau masyarakat mau melakukan penyelamatan satwa di air, tidak membuat satwa mati.
"Masyarakat bisa menggunakan kearifan lokal maupun menggunakan pawang, atau pasang perangkap di sungai, kemudian kami pindahkan," ujar dia.
Ia mengatakan, BKSDA telah menurunkan tim untuk melakukan langkah-langkah strategis dalam menangani kasus konflik buaya dengan manusia di wilayah Kabupaten Mukomuko.
Baca juga: Kronologi Ayah Berduel dengan Buaya demi Selamatkan Anaknya yang Diterkam
Tim BKSDA turun ke lokasi untuk memelajari kronologi kejadian yang mengakibatkan warga meninggal karena diserang buaya.
"Kami menyampaikan informasi di sana ada buaya di sungai itu, untuk itu warga lebih berhati-hati karena di situ habitat buaya lubuk," ujar dia.
Untuk itu, kata dia, masyarakat harus arif dalam menggunakan badan sungai untuk beraktivitas agar tidak terulang kembali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.