“Sebelum bergabung menjadi marbut saya dulunya agak tertutup, tidak banyak interaksi dengan orang lain, jarang saya keluar rumah dan bergaul waktu di kampung, tapi selama di sini Alhamdulillah sudah banyak hal yang sudah saya dapat dalam hidup saya,” ujarnya.
Baca juga: Kisah Wagino, dari Penjual Karcis Bioskop sampai Mengabdi Jadi Marbut Masjid
Menurut Nanda, menjadi marbut adalah sebuah pengabdian. Marbut adalah orang yang akan selalu melangkahkan kaki ke masjid, tidak pernah meninggalkan masjid, meski halangan dan rintangan mengadang.
“Terus orang yang tinggal di masjid itu sendiri orang yang terus semangat dalam meramaikan masjid, itu pemahaman saya, kan ada juga orang yang tinggal di masjid tapi mereka cuma numpang saja, tidak menjadikan masjid sebagai tempat penagabdian," ungkap Nanda.
Pengabdian tersebut membuat upah bukan menjadi hal utama baginya.
"Jadi marbut upah saya Rp 300.000 per bulan, cukuplah untuk tambah biaya kuliah meringankan biaya orangtua, orangtua juga mendukung saya jadi marbut, beliau berpesan jangan melihat bebas kecil gaji, tapi bekerjalah dengan ikhlas, dan saya akan menjadi marbut hingga selesai kuliah nanti," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.