Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanah Haram untuk Kawanan Gajah di Kebun Ban Michelin

Kompas.com - 21/02/2024, 07:52 WIB
Suwandi,
Reni Susanti

Tim Redaksi

JAMBI, KOMPAS.com – Pohon-pohon karet sebesar betis orang dewasa tumbang. Kulitnya terkelupas, batangnya patah oleh gajah.

Rupanya, belasan kawanan gajah berhasil masuk dalam kebun karet milik PT Lestari Asri Jaya (LAJ) yang baru ditanam berusia 4-5 tahun. Padahal, bagian kebun itu sudah dijaga ketat.

“Setiap malam kami patroli, agar hama (gajah) tidak masuk kebun yang membuat kerusakan pada tanaman karet,” kata seorang petugas keamanan (PK) LAJ melalui sambungan telepon, Kamis (28/12/2023).

Baca juga: Update Banjir Demak: 18 Desa di Kecamatan Gajah dan Karanganyar Masih Tergenang

Kerja dengan status Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), ia mengaku bekerja dengan risiko tinggi. Waktu kerjanya pada malam hari, ketika kawanan gajah aktif menjelajah.

Berbekal meriam dan petasan dia memblokade jalur gajah, agar tidak masuk dalam area perkebunan. Meriam menggunakan bahan spiritus dengan suara ledakan yang kuat dan berkali-kali.

Tidak hanya meriam, pasukan antigajah LAJ juga kerap menggunakan obor. Untuk menjauhkan gajah dari pohon karet yang baru ditanam, mereka memasang lampu pijar.

Baca juga: 11 Hari Kebakaran Sumur Minyak Ilegal di Jambi Belum Berhasil Dipadamkan

 

Tujuannya, rute gajah harus belok, tidak melintasi tanaman karet. Kebun itu tanah haram untuk gajah.

“Hama harus dipukul mundur jangan sampai masuk kebun. Itu tugas kita, kalau sampai masuk ya, kena teguran,” kata lelaki paruh baya ini.

Harefa Edison, Kepala Pusat Informasi Konservasi Gajah (PIKG), membenarkan perusahaan memblokade jalur gajah dengan pemasangan lampu pijar, obor, dan tembakan meriam.

Untuk mengamankan kebun dari gajah, LAJ merekrut puluhan petugas keamanan (PK) untuk menggiring gajah keluar kebun dan areal WCA.

Pengusiran dan blokade jalur gajah ini relevan dengan peta sebaran gajah 2016-2021 di lanksap Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT).

Dari peta tersebut terlihat lahan LAJ bebas dari pergerakan gajah. Celakanya, pergerakan gajah menjadi dominan di lahan masyarakat dan hutan penyangga taman nasional.

Tokoh Masyarakat Muara Sekalo, Murad mengatakan, LAJ itu melakukan pengusiran gajah. Mereka bayar warga lokal untuk mengusir gajah siang dan malam. Dampak dari perbuatan LAJ, gajah turun ke bawah dan mendekati kampung.

“Kalau sampai ada korban jiwa yang menimpa warga, saya sendiri yang bakal ngamuk, karena perbuatan mereka gajah berada di permukiman warga,” kata Murad.

Sementara itu, Ishak dari Frankfurt Zoological Society (FZS) Indonesia sebagai organisasi internasional yang konsen terhadap konservasi satwa gajah dan orangutan, mengatakan kehadiran perusahaan telah membatasi ruang jelajah gajah.

Sementara perambah sudah terlalu luas mengoyak hutan. Dampaknya habitat gajah menciut dan kebanyakan terjebak di luar kawasan hutan.

Keberadaan gajah di luar kawasan hutan itu alarm bagi upaya konservasi gajah. Dengan terbatasnya sumber pakan, membuat gajah terpaksa menjarah kebun warga. Konflik antara gajah dan manusia pun tak terbendung. Salah satu pihak akan menjadi korban.

Pengusiran gajah dari jalurnya jangan dipandang sederhana. Tindakan ini dapat mengisolasi gajah dalam kelompok kecil. Kawanan gajah yang awalnya besar menjadi buyar.

Untuk gajah yang belum dewasa dan masih butuh perlindungan dari kawanan, rawan terjadi kasus kematian.

Menurut Ishak komitmen dari perusahaan untuk melindungi habitat gajah baru sebatas jargon, belum mengakar ke tingkat tapak. Pemasangan pagar listrik, pengusiran dan blokade di jalur jelajah telah memicu trauma bagi gajah.

Meskipun gajah satwa pintar, tetapi hidupnya morat-marit terdesak manusia dan aktivitas perusahaan.

“Apabila kondisi ini terus dibiarkan, maka wilayah kantong gajah di TNBT ini tinggal nama, karena penghuninya sudah punah,” kata Ishak.

Tata kelola ruang jelajah gajah harus terwujud dalam bentuk zonasi. Antara manusia dan gajah tak boleh bercampur baur, kata Ishak, harus dipisahkan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

Regional
360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

Regional
Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Regional
Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Regional
Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Regional
Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Regional
Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Regional
Mobil Brimob Dicuri di Bandara Sentani, Pelaku Ditangkap Usai Ban Mobil Ditembak

Mobil Brimob Dicuri di Bandara Sentani, Pelaku Ditangkap Usai Ban Mobil Ditembak

Regional
Mengenal Urban Hiking Semarang, Komunitas Pejalan Kaki yang Hobi Menanjaki Perkampungan

Mengenal Urban Hiking Semarang, Komunitas Pejalan Kaki yang Hobi Menanjaki Perkampungan

Regional
Gibran Izin Tak Masuk Kerja 5 Hari untuk Kunker ke UEA dan Qatar

Gibran Izin Tak Masuk Kerja 5 Hari untuk Kunker ke UEA dan Qatar

Regional
Cerita Abdul Hamid Korban Banjir Nunukan, Tidur Memeluk Parang untuk Usir Buaya dan Ular Hitam

Cerita Abdul Hamid Korban Banjir Nunukan, Tidur Memeluk Parang untuk Usir Buaya dan Ular Hitam

Regional
Bupati HST Lepas 125 Atlet Popda Tingkat Provinsi Kalsel 2024

Bupati HST Lepas 125 Atlet Popda Tingkat Provinsi Kalsel 2024

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Regional
Update Banjir Bandang di Agam, 6 Meninggal, 11 Orang Belum Ditemukan

Update Banjir Bandang di Agam, 6 Meninggal, 11 Orang Belum Ditemukan

Regional
Banjir Padang Panjang, 2 Warga Hilang, Belasan Rumah Terendam

Banjir Padang Panjang, 2 Warga Hilang, Belasan Rumah Terendam

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com