Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajar SMA Pemilih Pemula di Semarang Bicara Pemilu, Butuh Pemimpin yang Mau Dialog dan Punya Gagasan

Kompas.com - 08/02/2024, 12:40 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Jumlah pemilih muda dan pemilih pemula medominasi sebanyak 52 persen atau 107 juta dalam kontestasi pemilu serentak 2024.

Mereka juga aktif bersuara di berbagai media sosial soal perkembangan politik.

Kompas.com berkesempatan mewawancarai sejumlah pemilih pemula yang merupakan pelajar SMA di Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (3/2/2024).

Di antaranya Sarah (17) Kelas XI, SMA Negeri 14 Semarang, Muhammad Yaseer (17) Kelas XI, SMA Negeri 7, dan Alif Muhammad Falih (17) Kelas XI, SMA Negeri 7 Semarang.

Mereka sepakat visi misi dan rekam jejak pasangan calon (paslon) capres dan cawapres penting untuk menjadi pertimbangan saat menentukan pilihan.

Baca juga: Begini Penjelasan Ahok soal Sebut Jokowi dan Gibran Tak Bisa Kerja

 

"Dari visi misi dan jejak hidupnya. Karena visi misi kan rencana program kerja, jadi menyesuaikan sama yang saya butuhkan sebagai pelajar," kata Sarah

Yaseer mengatakan, visi dan misi yang realistis lebih penting ketimbang gimmick.

Apalagi, paslon yang menang akan memimpin Indonesia dan berpengaruh pada masa depannya kelak.

"Menurut saya pemimpin yang ideal adalah yang cerdas dan jujur dan tidak punya jejak korupsi," kata Yaseer.

Kendati telah membandingkan rekam jejak melalui internet, Alfan mengaku narasi yang dibuat oleh pengguna internet di media sosial secara tidak langsung turut mempengaruhi pilihannya.

"Saya membandingkan kinerja ketiga paslon mana yang lebih banyak kinerja baik dan buruk. Selain itu mempertimbangkan suara pengguna internet, saya mungkin bisa juga terpengaruh dari suara-suara itu," beber Alfan.

Tak kalah penting, mereka menilai pemimpin ideal ialah yang mau berdialog mendengarkan masalah dari masayrakat. Lalu memberikan solusi konkret.

Baca juga: Rektor Unissula Semarang Diminta Tim Operasi agar Tak Kritik Jokowi

 

"Pemimpin ideal bagi saya yang dapat menyayomi masyarakatnya, seperti yang mengerti permasalahan yang ada di masyarakat serta memberi solusi yang membantu permasalahan mereka secara nyata, tidak hanya janji manis," lanjut Alfan.

Sarah sependapat, bila sebagai kaum muda dia menginginkan pemimpin yang serius merespons berbagai permasalahan, termasuk korupsi.

"Kita butuh capres yang serius, yang mengerti keadaan masyarakatnya, yang suka dengerin kata-kata masyarakatnya, terus yang bisa memberantas koruptor," ungkap Sarah.

Untuk mengetahui perkembangan dinamika politik, ketiganya memantau lewat media sosial. Antara lain melalui TikTok, Instagram, X (dulu Twitter). Sedangkan Alfan mengaku menonton berita di televisi.

 

"Biasanya update di Twitter, kalau ada salah satu paslon yang kena fitnah, terus dibuktikan dengan fakta dari berita, terus dibaca. Ngikutin perkembangan politik yang sengit karena jadi kebongkar semua sifat capres-cawapresnya. Aku ngikutin debat (capres-cawapres) dan semakin yakin sih karena calon yang saya pilih itu intelek," ungkap Sarah.

Begitu pula Yaseer dan Alfan, mereka juga kerap menonton konten debat dan hasil cek fakta dari materi debat.

Keduanya juga mengikuti serangkaian peristiwa yang menjadi perdebatan di kalangan pendukung masing-masing paslon.

"Akhir-akhir ini saya melihat berita tentang presiden yang menunjukkan kalau beliau kurang netral. Ada juga paslon yang memutuskan untuk mundur dari jabatan menteri dan (mengikuti) kampanye capres-cawapres di daerah di Indonesia," beber Yaseer.

Yaseer berpendapat, penting bagi pemilih pemula untuk memahami gagasan paslon dengan basis data.

Yakni melalui rekam jejaknya, visi misinya, hingga prestasinya. Bahkan dia juga mengecek latar belakang paslon maupun parpol serta kebijakannya melalui bijakmemilih.id.

Yakni platform gerakan independen yang dibuat agar masyarakat bisa membuat pilihan politik berdasarkan informasi yang berkualitas.

Baca juga: Ahok Sebut Megawati Jalankan Sistem Meritokrasi dengan Memilih Ganjar-Mahfud

 

"Kita harus jadi pemilih rasional, bukan emosional. Kalau hanya mengedepankan emosional tanpa membaca data, seperti kata Bu Menkeu Sri Mulyani, kita akan mudah dihasut, digiring, dan diprovokasi," tutur Yaseer.

Meski sesekali menikmati konten berita politik yang dibalut hiburan atau politainment, ketiganya senada bila dalam menenetukan pemimpin perlu didasari data dan pertimbangan yang rasional.

Yaseer dan Alfan berharap, konten informasi faktual berdasarkan data lebih banyak mendominasi jagad media sosial.

Sehingga, masyarakat tidak terpolarisasi konten yang hanya berdasar asumsi dan menimbulkan perpecahan hanya karena perbedaan pilihan.

"Butuh informasi yang valid dan berdasar data agar tidak menyebabkan hoaks di mana-mana. Serta tidak terjadi politik pecah belah di masyarakat Indonesia," tandas Alfan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir Lahar di Sumbar, Basarnas: Korban Tewas 43 Orang

Banjir Lahar di Sumbar, Basarnas: Korban Tewas 43 Orang

Regional
Mengantuk, Pelajar Bonceng Tiga di Magelang Nyungsep di Sungai Pabelan, Dirawat di RSUD Muntilan

Mengantuk, Pelajar Bonceng Tiga di Magelang Nyungsep di Sungai Pabelan, Dirawat di RSUD Muntilan

Regional
Kisah Liza Mencari 5 Anggota Keluarganya yang Hilang Usai 'Galodo' Sumbar Menerjang

Kisah Liza Mencari 5 Anggota Keluarganya yang Hilang Usai "Galodo" Sumbar Menerjang

Regional
Pilkada Banten 2024 Dipastikan Tak Ada Pasangan Calon Independen

Pilkada Banten 2024 Dipastikan Tak Ada Pasangan Calon Independen

Regional
Jadi Tersangka Korupsi Dana Internet Desa, Mantan Wabup Flores Timur Kembali Mangkir dari Panggilan Jaksa

Jadi Tersangka Korupsi Dana Internet Desa, Mantan Wabup Flores Timur Kembali Mangkir dari Panggilan Jaksa

Regional
Berulang Kali Curi Emas Majikan, ART di Salatiga Ditangkap Polisi

Berulang Kali Curi Emas Majikan, ART di Salatiga Ditangkap Polisi

Regional
KPU Pastikan Tidak Ada Calon Jalur Perseorangan pada Pilkada Sumbawa

KPU Pastikan Tidak Ada Calon Jalur Perseorangan pada Pilkada Sumbawa

Regional
Soal Isu Maju Pilkada Berpasangan dengan Raffi Ahmad, Dico: Doakan Saja

Soal Isu Maju Pilkada Berpasangan dengan Raffi Ahmad, Dico: Doakan Saja

Regional
Anak Aria Bima Daftar Bakal Calon Wakil Wali Kota Solo Lewat PDI-P

Anak Aria Bima Daftar Bakal Calon Wakil Wali Kota Solo Lewat PDI-P

Regional
'Galodo' Sumbar Tewaskan 41 Orang, Unand Izinkan Kuliah 'Daring'

"Galodo" Sumbar Tewaskan 41 Orang, Unand Izinkan Kuliah "Daring"

Regional
Viral, Video Sekelompok Bocah Bobol Minimarket Mijen Semarang, Curi Rokok dan Uang Tunai

Viral, Video Sekelompok Bocah Bobol Minimarket Mijen Semarang, Curi Rokok dan Uang Tunai

Regional
Pemkot Magelang Gelar Job Fair 2024, Disediakan 4.000 Lowongan Kerja, Digelar 2 Hari

Pemkot Magelang Gelar Job Fair 2024, Disediakan 4.000 Lowongan Kerja, Digelar 2 Hari

Regional
Mantan Sekda Kota Magelang Ambil Formulir Pilkada 2024 di PDI-P

Mantan Sekda Kota Magelang Ambil Formulir Pilkada 2024 di PDI-P

Regional
Tinjau Pasar Mambo Tangerang, Pj Walkot Ajak Pedagang Jaga Kebersihan dan Gunakan Fasilitas Sesuai Fungsinya

Tinjau Pasar Mambo Tangerang, Pj Walkot Ajak Pedagang Jaga Kebersihan dan Gunakan Fasilitas Sesuai Fungsinya

Regional
Petugas Damkar di Tegal Terlindas Mobil Pemadam, Dilarikan ke RS

Petugas Damkar di Tegal Terlindas Mobil Pemadam, Dilarikan ke RS

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com