Asisten Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Dismas Rienthar Adhyaksa mengatakan, kerangka manusia prasejarah Gilimanuk yang tersimpan di UGM diperkirakan berumur 2.000-an tahun.
Selain disimpan, kerangka berjumlah 275 individu tersebut digunakan sebagai objek penelitian.
“Selain menyimpan dan mengkonservasi, kami juga melakukan penelitian, terutama yang berkaitan dengan paleoantropologi, yaitu studi ilmu yang mempelajari penyakit-penyakit yang ada di manusia-manusia purba," ucapnya.
Dia mengatakan, kerangka manusia prasejarah Gilimanuk tidak hanya terdiri dari satu kelompok masyarakat, tetapi ditemukan sejumlah ciri-ciri berbeda pada kerangka yang diteliti.
"Di dalam situs Gilimanuk ditemukan berbagai variasi genetika, yaitu mengindikasikan bahwa manusia-manusia di Gilimanuk yang dikuburkan di situ bukan berasal dari satu komunitas atau kelompok masyarakat saja,” katanya.
Baca juga: Soal Kakao Jembrana, Teten Masduki: Kualitas Premium, Tidak Heran Jadi Komoditas Ekspor ke Eropa
Dismas memperkirakan, kerangka-kerangka itu berasal dari berbagai masyarakat di luar Gilimanuk.
“Dari indikasi itu, kami menginterpretasikan bahwa situs Gilimanuk boleh dibilang spesial. Istimewa karena disucikan atau memang cocok untuk penguburan," jelasnya.
Terkait upacara ngaben kusa pranawa, Dismas mengapresiasi upaya Pemkab Jembrana.
Menurutnya, hal tersebut merupakan wujud penghormatan terhadap kerangka manusia prasejarah sebagai leluhur masyarakat di Gilimanuk.
"Jasad-jasad mereka yang telah meninggal, membantu kita belajar berbagai hal tentang evolusi, migrasi, forensik, hingga status kesehatan masa lalu yang dapat menjadi rujukan kita untuk membangun masyarakat yang lebih baik,” katanya.
Dismas mengatakan, sudah selayaknya masyarakat menghormati dan memperlakukan jasad-jasad tersebut seperti manusia yang masih hidup.
Baca juga: Rangkaian Acara Hari Ibu di Kabupaten Jembrana, dari Fashion Show hingga Lomba Busana Kebaya
Adapun upacara yang mengambil tingkatan Ngaben Kusa Pranawa itu menggunakan simbol berupa sarana pengawak daun alang-alang yang merupakan simbolis badan manusia sehingga jasad atau kerangka dibuatkan simbol.
Dari ratusan tulang dijadikan dua sekah/puspa lingga (simbol roh) lanang istri untuk kemudian disucikan secara Hindu. Upacara ini dipuput (prosesi upacara dipimpin) lima orang sulinggih.
Selain menyucikan kerangka manusia prasejarah yang disimbolkan alang-alang tersebut, upacara pengabenan ini juga diikuti masyarakat di Kabupaten Jembrana.
Kemudian, ada pula ngaben kolektif untuk masyarakat umum yang diikuti sebanyak 7 sawa, mamukur sebanyak 12, dan ngelungah sebanyak 26.
Sementara itu, ada 275 kerangka manusia prasejarah Gilimanuk yang tersimpan di UGM.
Kegiatan itu dihadiri Bupati Jembrana I Nengah Tamba, Wabup I Gede Ngurah Patriana Krisna, Sekretaris Daerah (Sekda) I Made Budiasa, dan Penjabat (Pj) Gubernur Bali yang diwakili Staf Ahli Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Baca juga: Lindungi Hutan dan Seni Jegog, Pemkab Jembrana Tanam 5.000 Bibit Bambu Petung di Mantu Cager
Hahdir pula Kepala Polda (Kapolda) Bali yang diwakili Kepala Bidang (Kabid) Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Bali, Asisten Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, dan undangan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.