Yuni lalu menjawab, “Aku buka [pintu]. Aku saja lagi pikir kalau terpilih, aku masih mau kok kerja sebagai PRT. Aku sayang sama bos aku.”
Seorang PRT lain lalu menambahkan, “Saya berharap jangan sampai kacang lupa kulitnya kalau nanti terpilih”.
Di akhir pertemuan itu, saya mendatangi Sumainah. Perempuan yang tinggal di kontrakan dengan biaya sewa Rp 1,2 juta per bulan itu mengaku salut ada PRT seperti Yuni yang berani menjadi caleg.
Baca juga: Cerita Rusli, Driver Ojol yang Jadi Caleg DPRD DKI Jakarta
“Kita PRT itu juga punya mimpi, tidak direndahkan. Insya Allah [pilih Yuni]. Tidak menjanjikan memilih, tapi insya Allah,” kata Sumainah yang menjadi tulang punggung ketiga anaknya dengan gaji Rp 2 juta per bulan. Adapun suami Seumainah bekerja serabutan.
Setelah itu, Yuni mengajak saya mengunjungi deretan petak kontrakan di Gandaria Selatan, Cilandak.
Dia mengetuk satu demi satu pintu rumah untuk memperkenalkan diri dan membagikan kalender serta stiker kampanyenya.
Ada warga yang merespons positif, tetapi tak sedikit juga yang bersikap acuh saat Yuni berkampanye.
Di ujung pertemuan kami, Yuni menyimpan harap untuk menang, di tengah beragam tantangan yang dihadapi.
“Apa pun hasilnya insya Allah aku terima. Karena memang untuk Jala PRT mungkin 10-15 tahun lagi baru akan mendatangkan caleg yang benar-benar mumpuni jadi anggota dewan," kata Yuni.
"Untuk menuju ke sana, sekarang lah proses belajarnya,” tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.