“Ikut expo waktu itu nekat aja biaya sendiri. Dari situ saya bisa berjejaring di tingkat nasional,“ kata Wahyu.
Menurutnya, promosi melalui media sosial lebih efektif. Akun medsos membantu Wahyu membangun kepercayaan para wisatawan kepada pelaku wisata.
Pengalaman berwisata yang menyenangkan tentu akan diceritakan kembali kepada rekan maupun keluarganya.
“Promosi dari mulut ke mulut wisatawan lebih efektif tanpa biaya promosi,” kata Wahyu.
Ada juga itenerary paket ekowisata bagi wisatawan mancanegara maupun domestik selama dua hari.
Baca juga: Sampah Plastik Dalam Perut Hiu Paus Terdampar
Pada hari pertama, wisatawan akan melakukan Villages Tour di Desa Labuhan Jambu.
Wisatawan berinteraksi dengan masyarakat setempat sambil melihat aktivitas serta lokasi penjemuran ikan, menikmati kelapa muda di kebun milik warga di pinggir pantai dan melihat sunset dengan view laut dan gunung tambora.
Selain itu, bisa juga berswafoto di tugu hiu paus. Di sepanjang pantai Labuhan Jambu tersedia pula beragam kuliner dari olahan hasil laut, bisa dinikmati seraya menunggu matahari terbit.
Pada hari kedua, wisatawan diajak turun ke laut untuk berinteraksi dengan hiu paus lalu ditutup dengan island hopping, membawa tamu berkeliling di pulau-pulau kecil di Teluk Saleh.
"Tarif paket tur mulai dari Rp 3 juta sampai Rp 9 juta sesuai fasilitas paket wisata yang dipilih dengan kapasitas maksimal 6 orang wisatawan dalam satu grup," katanya.
Ia mengakui tarif tur dari masing-masing operator berbeda. Ia juga memisahkan tarif privat dan grup.
Ada peraturan desa dalam pengelolaan ekowisata ini bahwa batas pengunjung di bagan nelayan untuk melihat hiu paus maksimal 6 orang, tetapi sekarang ini pada satu bagan bisa mencapai 10 orang pengunjung.
Tarif untuk menikmati Wisata Hiu Paus Sumbawa ini terbilang cukup mahal membuat wisatawan lebih memilih paket dalam grup besar untuk menghemat biaya.
“Iya banyak yang pilih paket grup begitu untuk hemat biaya. Tapi di sisi lain dilema juga saya karena habitat hiu paus jadi terancam jika jumlah wisatawan tak terkendali,” ujar Wahyu.
Adapun budgeting dalam paket wisata hiu paus antara lain:
Baca juga: 3 Ekor Hiu Paus Mati Terdampar di Sekitar Jembatan Suramadu
Akomodasi di rumah warga Rp 100.000 per orang di luar makan. Wisatawan bisa mencari makanan di warung sekitar Desa Labuan Jambu dengan kisaran harga Rp 20.000 per sekali makan.
Sewa perahu nelayan tradisional menuju Kawasan Teluk Saleh berkisar antara Rp 500.000 hingga Rp 750.000 tergantung jauh dekatnya lokasi bagan.
Fee pemilik bagan dan kru bagan sebesar Rp 1.550.000 per bagan. Itu sudah termasuk umpan udang kecil agar hiu paus betah berlama-lama di bagan tersebut.
Biaya konservasi sebesar Rp 50.000 per orang. Entrance fee sebesar Rp 50.000 per orang di mana Rp 20.000 masuk ke kas desa dan Rp 30.000 masuk ke kas BUMDes.
Fee guide lokal mulai dari Rp 250.000 - Rp 500.000.
Biaya-biaya di atas belum termasuk transportasi saat menuju Desa Labuhan Jambu jalur darat, laut, maupun udara.
Meningkatnya jumlah wisatawan bak pisau bemata dua. Di satu sisi menguntungkan tetapi di sisi lain bisa berdampak negatif bagi ikan.
Sebab, meningkatnya jumlah wisatawan mengancam keberlangsungan hidup hiu paus. Ketika hewan mamalia ini tidak nyaman tentu akan migrasi dari Teluk Saleh ke wilayah lain yang lebih aman.
Bagi raksasa laut seperti hiu paus, Teluk Saleh seperti surga karena kaya dengan keanekaragaman hayati antara lain aneka jenis ikan, terumbu karang, mangrove dan padang lamun.
Menemukan hiu paus sekarang ini jauh lebih sulit dibandingkan dulu.
Baca juga: Penyelam Gorontalo Angkat 2 Karung Sampah dari Dalam Laut Obyek Wisata Hiu Paus
“Kadang kita gantian dengan perahu lain karena hiu paus yang muncul ke permukaan hanya pada satu sampai empat bagang nelayan. Sementara pengunjung sedang banyak,” ungkap Wahyu.
Menurutnya, jumlah bagang nelayan mendekati 100 buah tetapi tidak semuanya ada muncul hiu paus.
Pengunjung yang mengantre ini kadang tidak tahan juga jika gagal trip karena susah dapat momen bertemu hiu paus.
Oleh sebab itu, diputuskan berenang bersama dalam jumlah banyak bisa sampai 30 orang. Namun hal tersebut menyalahi aturan.
“Hewan ini kalau kenyang pergi dan tidak muncul lagi ke permukaan. Jadi kita kehilangan momen," ujar Wahyu.
"Sementara kami operator wajib pertemukan wisatawan dengan hewan langka baru dapat bayaran jasa. Kemunculan hiu paus terpanjang yang saya pernah catat sepanjang trip sampai pukul 11.00 Wita dan terpendek itu pukul 08.00 Wita,” jelas Wahyu.
Durasi waktu kemunculan hiu paus itu menyebabkan operator was-was. Pasalnya tugas utama operator lokal mempertemukan wisatawan dengan hiu paus.
Menurutnya, dua hal utama yang mesti dilakukan dalam manajemen ekowisata hiu paus yaitu kegiatan konservasi dan penguatan kapasitas sumber daya manusia.
Baca juga: Kehadiran Hiu Paus Dorong Pemprov Gorontalo Gelar International Whale Shark Day Festival
Oleh karena itu, hal pertama yang dilakukan pemerintah dan Yayasan Konservasi Indonesia (YKI) sebelum membuka kran ekowisata hiu paus pada 2018 adalah pemberdayaan masyarakat.
“Ekowisata hiu paus Desa Labuhan Jambu berbasis masyarakat dan merupakan yang pertama di Indonesia,” katanya.
Pelatihan penguatan kapasitas diperlukan agar semua pihak memiliki mindset yang sama untuk menjamin keberlanjutan konservasi di Teluk Saleh.
"Kami dapat pelatihan dulu. Semua operator lokal terdata di desa dan dapat semacam pelatihan tentang upaya konservasi,” sebut Wahyu.