Sebelum ada PLTMH, warga harus merogoh kocek yang begitu dalam membeli BBM agar listrik bisa menyala.
Bagi keluarga yang nampu, mereka membeli sendiri panel pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) namun energi tersebut belum bisa menghidupkan listrik 24 jam.
Dengan potensi lereng gunung yang masih hijau dan debit air sungai cukup besar, Ahdar berupaya melobi hingga tingkat pusat agar proyek PLTMH sebesar 20 KW direalisasikan.
Sebelumnya, desa ini tidak memiliki listrik yang dialiri PLN. Begitu juga dengan keadaan desa-desa lainnya di Kecamatan Batu Lanteh yang belum merasakan energi listrik saat itu.
Setelah disetujui kementerian ESDM, Ahdar bersama anggota koperasi meminta agar mereka ikut serta dalam pembuatan hingga pengelolaan PLTMH tersebut.
Alasannya sangat masuk akal karena tidak selamanya pihak pemerintah mampu memantau alat-alat tersebut, melainkan harus ada peran partisipasi masyarakat setempat.
Baca juga: Kembangkan Pemanfaatan Energi Ramah Lingkungan, PTPN III Kolaborasi dengan PLN
Dalam perjalanan pengelolaan PLTMH bukan tanpa kendala dari susahnya pembayaran listrik oleh warga yang kurang mampu hingga biaya perawatan dan pemeliharaan.
Namun semuanya dapat dilalui hingga kini. Hal itu berkat kerja keras dari operator.
Beruntung operator mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan setiap tahun di Jakarta dari Kementerian ESDM.
"Tarif listrik Rp 20.000 per bulan bagi warga yang tidak memiliki barang elektronik. Paling mahal itu hingga Rp 60.000 per bulan," ujar Ahdar.
Ia memahami bila warga tidak bisa membayar bulanan karena panen kopi satu tahun sekali. Ada pula yang bayar sekali dalam setahun yang diakumulasi dengan pemakaian satu tahun.
Ketika PLTMH di daerah lain mangkrak, di Tepal tetap berkelanjutan sampai sekarang ini. Bahkan, tim operator sudah bisa mendesain dan membuat turbin sendiri.
"Terlatih karena sering rusak. Saking seringnya sudah tidak terhitung," kata Ahdar sembari tersenyum.
Menurut Ahdar, potensi sumber daya manusia yang terlatih sebagai operator dapat menghidupkan dan memperbaiki mesin turbin yang rusak.
Baca juga: Percepat Penggunaan Energi Ramah Lingkungan, Widodo Makmur Perkasa Bangun PLTS 158 MWp
Bahkan, pernah terjadi bencana banjir disertai pohon tumbang yang membuat pipa pecah dan turbin rusak parah. Namun, ia hanya beli beberapa alat dan operator dapat memperbaiki kerusakan tersebut.