Di sisi lain, sekolah negeri baik SD maupun SMP berdasarkan regulasi seharusnya menerapkan pendidikan inklusi.
Namun, sumber daya manusia (SDM) yaitu guru pendidikan khusus, guru bahasa isyarat dan sejenisnya belum ada di sekolah negeri formal.
Baca juga: Dengar Gaji Penyandang Disabilitas di Bawah UMR, Siti Atikoh Ingatkan Masalah Inklusivitas
“Anak dengan hambatan belajar rungu dan wicara paling banyak di Kabupaten Sumbawa tetapi guru bahasa isyarat tidak ada di SD/SMP inklusi ini,” sebut Ika.
Ia mendorong pemerintah bisa membuka penerimaan guru pendidikan khusus di sekolah formal atau pelatihan guru agar mengetahui kebutuhan anak dengan disabilitas dan apa hambatan mereka dalam mengajar.
Ika juga meminta agar ada kurikulum bahasa isyarat yang bisa diterapkan di sekolah dasar.
Lebih jauh, Ika mendorong anak dengan disabilitas berani bermimpi dan bisa berprestasi seperti dirinya. Perempuan yang hobi menari ini juga ingin meneruskan hobi sang ayah.
“Saya ingin dirikan sanggar seni seperti yang dilakukan almarhum ayah,” cerita Ika.
Saat berusia 16 tahun, ayah Ika meninggal dunia. Semenjak itu, ia giat belajar agar bisa meneruskan sekolah hingga berhasil diterima di jurusan seni tari dengan beasiswa.
Baca juga: 921 Penyandang Disabilitas di Medan Terima Bansos Rp 1 Juta Per Orang
Ia mengaku tidak langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
“Jangan berhenti bermimpi karena keterbatasan bukan hambatan jika kita mau berjuang,” kata Ika.
Kini Ika memiliki aktivitas mengajar menari anak-anak di sekitar rumahnya. Jika ada festival atau event, ia juga mengikutinya.
“Meski kita punya hambatan, tetapi percayalah ada kelebihan yang tak dimiliki orang lain,” ujar Ika.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.