Tradisi tersebut telah menjadi agenda wisata tahunan. Berlokasi di Pantai Pasir Kuning Tempilang, tradisi itu digelar dengan disaksikan ribuan pengunjung.
Perang Ketupat diawali dengan berbagai pertunjukan seni, kemudian melarung miniatur kapal ke laut dan acara puncaknya, perang ketupat.
Peserta perang ketupat dibagi menjadi dua kelompok yang kemudian saling serang menggunakan ketupat dalam waktu lima menit. Ada tiga sampai empat sesi dalam satu gelaran perang ketupat.
Konon, para peserta tidak merasa sakit saat terkena ketupat karena telah dijampi-jampi oleh dukun yang mengiringi acara.
Ketiga, berpantun. Tradisi lisan menjadi pokok budaya yang tak terpisahkan dalam berbagai kelompok masyarakat di Bangka Belitung, salah satunya dalam bentuk pantun.
Saat ini, pantun sudah diresmikan sebagai pengantar acara resmi pemerintahan di Bangka Belitung. Pantun tersebut dibacakan saat membuka dan mengakhiri sebuah pidato.
Kario adalah seniman pantun Bangka Belitung yang eksis hingga saat ini. Ia rutin mengisi acara pantun setiap pekannya di Radio Sonora. Kario melatih kemampuan berpantun dari sebuah pondok kebun yang tak jauh dari rumahnya di Kurau, Bangka Tengah.
Ini salah satu pantun tradisi di Bangka Belitung.
Kalau sudah membuat badi
Jangan hulunya dicabut-cabut
Kalau sudah berbuat baik
Jangan selalu disebut-sebut