Sampah plastik bersih dimasukkan secara bertahap hingga mencapai 50 kilogram plastik. Pertama, suhu dinaikkan hingga 100 derajat sebelum memasukkan 10 kilogram pertama plastik.
Setelah itu, suhu dinaikkan lagi dan sampah plastik ditambah hingga mencapai kapasitas 50 kilogram.
Alat tersebut dipanaskan dengan pembakaran kayu yang harus terjaga selama 12 jam hingga pemrosesan plastik menjadi BBM selesai.
"Kapasitas mesinnya 50 kilogram, dan waktunya 12 jam," kata Budi.
Budi menambahkan, BBM yang baru dihasilkan ini tidak dapat langsung digunakan untuk menghidupkan mesin.
Proses terakhir melibatkan beberapa tahap penyaringan agar tidak merusak mesin diesel.
"Dari 50 kilogram sampah menghasilkan 45 liter BBM, sudah kita uji coba ke mesin diesel," tambah Budi.
Kepala Desa Talunombo, Badarudin, menjelaskan bahwa ide pembuatan BBM dari sampah plastik ini berawal dari sulitnya desa mengelola sampah plastik.
Untuk itu, pihak desa membuat tempat pengelolaan sampah reduce reuse recycle (TPS3R).
"Kami pemerintahan Desa Talunombo Alhamdulillah berhasil menciptakan alat untuk mengubah sampah plastik, minyak goreng bekas (jelantah), dan oli bekas menjadi BBM, yang digunakan untuk alat-alatpertanian dan lainya," ungkap Badaruddin.
Badaruddin mengatakan, Desa Talunombo dulu sulit mengelola sampah plastik, Namun saat ini, mereka justru kekurangan sampah plastik. Pengelola pun saat ini tengah membeli sampah plastik dari warga untuk mencukupi kebutuhan produksi.
"Sampah plastik kita beli dari warga, Rp 500 per kilogramnya," kata Badaruddin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.