“Alhamdulillah, sekarang kami sudah tidak perlu lagi mencari murid. Layaknya sekolah umum, kami sudah terima murid seperti biasa. Namun, kami bisa terima murid tiap hari. Bukan seperti sekolah umum ada waktu khusus,” katanya.
Dengan 23 guru, sekolah itu kini terus bertahan. Meski idealnya, sekolah itu memiliki 32 guru.
“Kami usulkan penambahan guru ke dinas karena untuk guru di sini butuh kemampuan khusus dan pendidikan khusus. Teman guru ini ada kekhususan seperti khusus menangani tuna rungu, grahita, tapi tak bisa menangani autis,” katanya.
Jam menunjukkan pukul 12.00 WIB. Para murid mulai dijemput orangtuanya.
Namun, sebagian menetap di asrama di belakang sekolah itu. Mereka murid yang datang jauh dari perkampungan di Kabupaten Aceh Utara, sehingga harus menginap.
“Untuk asrama ini, mereka yang bisa mandiri. Jadi, bisa mandi sendiri dan lain-lain. Kami siapkan kepala asrama juga dan semua biaya sekolah ini gratis,” ujar Samhudi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.