Di antaranya, menjaga kestabilan emosi maupun kepatuhan dengan jadwal yang disusun diri sendiri.
Baca juga: Wali Kota Semarang Perintahkan Jajarannya Bantu Eks Pemain PSIS Budiono Sutikno
"Walaupun bisa kerja WFA, pasti ada nemu titik jenuhnya. Kadang nih, jenuh di rumah karena tidak ada teman ngobrol. Makanya biar tidak di rumah terus, saya sesekali milih kerja di warung kopi atau kafe," ungkap Isbalna.
Kendati begitu, Isbalna menyebut, dirinya tidak rela jika gaji didapat lebih kecil dibanding pekerja dengan sistem WFO.
Lantaran semua usaha dalam bekerja harus dihargai dengan baik.
"Kadang ada orang yang menganggap remeh. Padahal, secara effort kita sama-sama kerja keras dan menguras pikiran," ujar dia.
Pekerja WFA lainnya, Mohammad Azzam, mengaku, juga merasakan hal serupa.
Dirinya menyebut, bekerja secara WFA memang bisa membuatnya bebas melakukan hal lain di luar pekerjaan.
Namun, dirinya tidak rela jika gaji yang didapatkan lebih kecil dibanding pekerja yang bekerja dengan sistem WFO.
"Kalau masalah gaji, sebetulnya saya tidak rela jika akan diberi gaji lebih kecil. Terlebih, saya di devisi marketing sebagai ujung tombak perusahaan," pungkas Azzam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.