Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menolak Direlokasi, Emak-emak di Rempang: Bertahan Harga Mati

Kompas.com - 12/10/2023, 13:20 WIB
Teuku Muhammad Valdy Arief

Editor

 

Ibu-ibu berkumpul mengawasi kampung dari petugas-petugas yang datang menawarkan relokasi. Perkumpulan ini menjadi tempat mengadu warga jika memperoleh intimidasi.

Kata Hawa, perkumpulan ini sudah tidak percaya dengan janji-janji yang ditawarkan, hal yang disebutnya sebagai “bertahan harga mati”.

“Jadi kami tak akan beranjak dari tempat kami yang sudah beratus tahun di sini, sebab anak cucu kami nanti macam mana kalau kami lepas ini,” kata perempuan berusia 70 tahun.

Baca juga: Pemerintah Akhirnya Penuhi Sejumlah Tuntutan Warga Rempang, Salah Satunya soal Relokasi

Kelompok ibu-ibu di Pasir Merah ini, kata Hawa, juga menyadari tak banyak warga pria yang bersuara belakangan ini, karena “orang laki-laki ini cepat masuk angin”.

“Kalau kami perempuan tetap pertahankan, karena kami memikirkan anak cucu kami,” tambah Hawa.

Awalnya perempuan di kampung ini tak berani bersuara karena “tak pandai bicara”, tapi mulut mereka terpaksa terbuka lantang karena operasi pendataan untuk relokasi makin gencar.

“Walaupun dia paksa, kami taruhan nyawa saja. Kami tak ada senjata, tak ada apa-apa. Orang dia saja berjalan pakai senjata. Kami (hanya punya) tangan mulut saja.

“Jadi kami tidak akan menang melawan ini orang, tapi Allah tetap ada pada orang yang benar. Yang menzalimi nanti tetap dapat hidayahnya,” kata Hawa.

Kemunculan ibu-ibu kampung tua Melayu yang terus menyuarakan penolakan terhadap relokasi tak luput dari peristiwa kericuhan sebelumnya, dan pengerahan aparat gabungan sampai ke perkampungan.

Noval Setiawan, pengacara publik dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pekanbaru yang berada di salah satu posko bantuan hukum, menilai kemunculan perlawanan ibu-ibu kampung tua Melayu sebagai bentuk mekanisme pertahanan sewajarnya.

“Ya mereka [ibu-ibu] bersuara karena anak-anak mereka takut,” kata Noval, sambil menambahkan kaum ibu turut mengambil peran lebih melindungi keluarganya, dan memikirkan masa depan anak-anaknya.

Baca juga: Temuan Ombudsman di Rempang: Warga Kekurangan Bahan Pangan, BP Batam Belum Kantongi HPL

Pendataan relokasi terus berlangsung

Di sisi lain, proses pendataan warga untuk direlokasi terus berjalan. Data per 27 September dari BP Batam menunjukkan sudah terdapat 317 keluarga menyetujui untuk direlokasi.

Dari ratusan keluarga yang bersedia direlokasi, sejauh ini baru sekitar 16 keluarga yang sudah lengkap validasi datanya dan menempati hunian sementara.

Mereka diberikan pilihan untuk menempati sejumlah hunian sementara yang disediakan atau menyewa tempat lain secara mandiri dengan biaya yang ditanggung BP Batam sebesar Rp 1,2 juta per bulan.

BBC menemui keluarga Angga Wildan Pratama yang menerima relokasi, dan sudah menempati sebuah rumah kontrakan. Ia sejak kecil dan besar di Kampung Sembulang Tanjung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Aliran Air Mati sejak Kamis, Warga Batam Beli Air Isi Ulang untuk Salat Jumat

Aliran Air Mati sejak Kamis, Warga Batam Beli Air Isi Ulang untuk Salat Jumat

Regional
11 Orang Mendaftar di Demokrat untuk Pilkada Demak 2024, 8 di Antaranya Pendatang Baru

11 Orang Mendaftar di Demokrat untuk Pilkada Demak 2024, 8 di Antaranya Pendatang Baru

Regional
Kronologi Pria di Kapuas Hulu Tewas Dicekik Teman, Ribut Perkara Bayar Minuman Keras

Kronologi Pria di Kapuas Hulu Tewas Dicekik Teman, Ribut Perkara Bayar Minuman Keras

Regional
Gerindra Beri Lampu Hijau ke Ade Bhakti untuk Maju Pilkada Dibandingkan Wali Kota Semarang

Gerindra Beri Lampu Hijau ke Ade Bhakti untuk Maju Pilkada Dibandingkan Wali Kota Semarang

Regional
Video Warga Berebut Gunungan BH Saat Karnaval HUT Ke-278 Kabupaten Sragen Viral di Medsos, Bapak-bapak Tak Mau Ketinggalan

Video Warga Berebut Gunungan BH Saat Karnaval HUT Ke-278 Kabupaten Sragen Viral di Medsos, Bapak-bapak Tak Mau Ketinggalan

Regional
Mengintip Potensi SPAL-DT yang Diresmikan Jokowi di Pekanbaru

Mengintip Potensi SPAL-DT yang Diresmikan Jokowi di Pekanbaru

Regional
Viral di Medsos, Mahasiswa UIN Palembang Diduga Plagiat Skripsi, Dekanat Sebut Belum Ada Laporan

Viral di Medsos, Mahasiswa UIN Palembang Diduga Plagiat Skripsi, Dekanat Sebut Belum Ada Laporan

Regional
Kejati Papua Barat Endus Dugaan Kejahatan Perbankan yang Melibatkan Oknum TNI

Kejati Papua Barat Endus Dugaan Kejahatan Perbankan yang Melibatkan Oknum TNI

Regional
Kisah Slamet Buka Jasa Pembersihan Kelelawar, Pelanggannya hingga di Kota Besar

Kisah Slamet Buka Jasa Pembersihan Kelelawar, Pelanggannya hingga di Kota Besar

Regional
Terbukti Pungli DAK, Mantan Sekdis Pendidikan Ketapang Divonis 5 Tahun Penjara

Terbukti Pungli DAK, Mantan Sekdis Pendidikan Ketapang Divonis 5 Tahun Penjara

Regional
Geng Motor Meresahkan, Tim Khusus dan Satgas Dibentuk di Sekolah Pematang Siantar

Geng Motor Meresahkan, Tim Khusus dan Satgas Dibentuk di Sekolah Pematang Siantar

Regional
Oknum Polisi Tersangka Pemerkosa Siswi SD di Ambon Terancam Dipecat

Oknum Polisi Tersangka Pemerkosa Siswi SD di Ambon Terancam Dipecat

Regional
Dugaan Korupsi Dinas Pendidikan Sumbar, 1 Tersangka Mangkir

Dugaan Korupsi Dinas Pendidikan Sumbar, 1 Tersangka Mangkir

Regional
Pasutri di Tegal 'Berebut' Rekom Calon Bupati dari PDI-P di Pilkada 2024, Ini Alasannya...

Pasutri di Tegal "Berebut" Rekom Calon Bupati dari PDI-P di Pilkada 2024, Ini Alasannya...

Regional
Kata Ade Bhakti soal Potensi Lawan Wali Kota Semarang di Pilkada 2024

Kata Ade Bhakti soal Potensi Lawan Wali Kota Semarang di Pilkada 2024

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com