Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Batik Sodagaran, Modifikasi Motif Batik dari Keraton Yogyakarta dan Solo

Kompas.com - 04/10/2023, 08:26 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Batik Sodagaran dipamerkan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta dari Selasa (2/10/2023) sampai dengan Minggu (8/10/2023). Pameran ini sekaligus untuk memperingati hari Batik Nasional.

Batik Sodagaran merupakan batik yang berasal dari pengembangan desain batik yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo.

Kedua Keraton ini memiliki motif batik yang hanya boleh digunakan oleh raja, permaisuri, anak dan cucu raja.

Baca juga: Regenerasi Perajin dari Generasi Muda Jadi Solusi Pelestarian Batik

Sedangkan motif batik Sodagaran ini merupakan modifikasi motif-motif batik yang digunakan oleh keluarga kerajaan. Sehingga batik Sodagaran dapat digunakan oleh masyarakat pada umumnya.

Pameran yang diinisiasi oleh Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad ini membawa kain batik dari berbagai masa, dan yang tertua dibuat pada 1925.

“Yang dipamerkan saat ini sekitar 200 dan yang paling tua ada yang tahun 1925, tiga negeri (nama motif) yang berkembang di pedalaman atau yang masuk keraton Yogyakarta maupun Solo,” ujar Ketua Pengkaji Sekar Jagad. Suhartanto,Selasa (3/10/2023).

Suhartanto menjelaskan, gaya tiga negeri merupakan campuran motif soga yang identik dengan warna tua, lalu menggunakan warna merah yang mewakili China, biru adalah mewakili Belanda, dan motif Jawa. “Akulturasi China, Belanda, dan Jawa,” kata dia.

Motif Sodagaran muncul karena adanya motif Keraton karena motif keraton memiliki pakemnya. Ada yang digunakan untuk raja, istri raja, putra mahkota, sampai dengan cucu aturan ini sampai lima turunan.

“Sodagaran muncul karena ada batik keraton yang secara budaya kuat. Sodagaran ini yang sudah di luar batik keraton hanya ada di Jogja dan Solo,” kata dia.

Baca juga: Kenalkan Batik sejak Dini pada Anak lewat Botol Susu, Apa Bisa?

Eksistensi batik Sodagaran berbeda antara zaman dahulu dengan sekarang. Suhartanto berkata, dulu, para perajin tidak hanya membatik. Namun juga ikut membuat desainnya.

Sekarang, mereka betul-betul sebagai "pekerja". Artinya, mereka hanya menuruti permintaan dari juragannya.

“Batik Sodagaran kalau tidak ada unsur batik keraton tidak bisa dinamakan batik Sodagaran,” katanya.

Suhartanto menambahkan, batik tersebut bisa digunakan masyarakat umum meski ada unsur keratonnya. "Tapi tidak sama dengan keraton," ujar dia.

Baca juga: Makna Batik Parang Udan yang Dipakai Jokowi, Simbol Kepemimpinan

Dia mencontohkan batik keraton yang biasanya di dalam motifnya polos diberi motif lagi garis-garis.

Celah-celah pada tiap motif ini bisa dikreasikan sehingga membentuk motif batik sodagaran. “Banyak celah yang bisa dikreasi sehingga tidak kelihatan batik keraton,” imbuh dia.

Motif batik sodagaran ini muncul mengingat di lingkungan Keraton terdapat strata sosial untuk memakai motif batik.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Warga 'Sulap' Ladang Jadi Toilet dan Tempat Menginap Pengantar Jemaah Haji

Cerita Warga "Sulap" Ladang Jadi Toilet dan Tempat Menginap Pengantar Jemaah Haji

Regional
Alasan Ketum Persab Brebes Asrofi Maju di Pilkada 2024

Alasan Ketum Persab Brebes Asrofi Maju di Pilkada 2024

Regional
Muda-Tanjung Tarik Dokumen Pendaftaran Jalur Independen di KPU Kalbar

Muda-Tanjung Tarik Dokumen Pendaftaran Jalur Independen di KPU Kalbar

Regional
Ibu Ini Histeris Anaknya Tak Dikembalikan Mantan Suami, Sudah Minta Tolong Polisi dan Babinsa tapi Gagal

Ibu Ini Histeris Anaknya Tak Dikembalikan Mantan Suami, Sudah Minta Tolong Polisi dan Babinsa tapi Gagal

Regional
14 Santriwati di Rokan Hilir Diduga Keracunan Makanan, 1 Meninggal Dunia

14 Santriwati di Rokan Hilir Diduga Keracunan Makanan, 1 Meninggal Dunia

Regional
Pilkada Demak 2024: 6 Orang Mendaftar di Gerindra, Ada Eks Pj Sekda

Pilkada Demak 2024: 6 Orang Mendaftar di Gerindra, Ada Eks Pj Sekda

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
Penyelidikan Hilangnya 15 Laptop Kemendikbud Terkendala Ruangan yang Steril

Penyelidikan Hilangnya 15 Laptop Kemendikbud Terkendala Ruangan yang Steril

Regional
Korupsi Dana KPR Rp 8,1 Miliar, Eks Kepala Cabang Bank di Banten Dituntut 3 Tahun Penjara

Korupsi Dana KPR Rp 8,1 Miliar, Eks Kepala Cabang Bank di Banten Dituntut 3 Tahun Penjara

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Pagi hingga Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Pagi hingga Malam Cerah Berawan

Regional
Curi Onderdil Mobil, Pria di Kupang Dihakimi Warga

Curi Onderdil Mobil, Pria di Kupang Dihakimi Warga

Regional
[POPULER REGIONAL] Alasan Bobby Segel Mal Centre Point | Cerita di Balik Film soal Vina Cirebon

[POPULER REGIONAL] Alasan Bobby Segel Mal Centre Point | Cerita di Balik Film soal Vina Cirebon

Regional
Eks Napi Koruptor Ramaikan Bursa Pilkada Kebumen, Daftar Jadi Wakil Bupati lewat PDI-P

Eks Napi Koruptor Ramaikan Bursa Pilkada Kebumen, Daftar Jadi Wakil Bupati lewat PDI-P

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com