Dia mengaku, saat nongkrong di coffeshop bisa menghabiskan uang sekitar Rp 70.000 dalam sekali duduk.
"Bassicly anak muda itu suka nongkrong. Apalagi punya temen kuliah, kerja, kos. Kalau saya pasti keluar pas hari Sabtu atau Minggu rutin. Biasanya habis Rp 70.000 buat minum sama snack, tapi belum makan," ucap dia.
Jika dihitung, imbuh Alfi, biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan self reward bisa mencapai Rp 100.000 setiap harinya.
Sehingga, Alfi bisa menghabiskan sekitar Rp 3 juta dalam satu bulan.
"Itu belum termasuk skincare, sembako, beras, sabun, dan lain-lain. Jadi misal ditotal ya bisa Rp 3 juta lebih," ungkap dia.
Selain mengandalkan kiriman dari orang tua, mahasiswa semester 7 itu mengaku, mendapat dana tambahan dari magang di sebuah perusahaan.
Dirinya menyebutkan, dana tambahan itulah yang digunakan untuk memenuhi self reward dan healing ala anak muda zaman sekarang.
"Nah, fee itu saya alokasikan untuk kebutuhan hidup, self reward, tambahan untuk beli-beli yang saya pengin," ungkap dia.
Baca juga: Soal Mahasiswa Terjerat Pinjol, OJK DIY: Jangan untuk Konsumtif, apalagi untuk Gaya Hidup
Kendati demikian, Alfi mengaku pernah sempat berpikir untuk melukan transaksi pinjaman online (pinjol). Namun, setelah melihat dampak dan kasus yang marak, dirinya membatalkan niat untuk pinjol.
"Ya pernah sempat tebersit. Tapi mikir lagi, karena banyak takutnya. Jadi yang terpenting adalah kita punya batasan diri. Kalau ada uang lebih ya ditabung, terus kalau bisa kurangi gengsi. Karena gengsi yang tinggi bisa merusak finansial kita," ungkap Alfi.
Hal senada juga disampaikan oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kota Semarang, Dinda Kusuma (23). Dinda, sapaan akrabnya, menyebutkan, untuk hidup di Kota Semarang dirinya memiliki pengeluaran rata-rata sebesar Rp 3.200.000 per bulan.
Pekerja rantau itu mengaku, jumlah tersebut telah mencakup kebutuhan sewa kos, makan, hingga kebutuhan lain seperti self reward.
"Kalau dana paling mahal dikeluarkan untuk sewa kos. Sebulan Rp 975.000, ukuran kamar 2 x 3 meter, AC, kamar mandi luar, free laundry, dekat kantor, ada wifi," ucap Dinda.
Selain kebutuhan sewa kos, menurut Dinda, terdapat kebutuhan lain yang harus dipenuhi tiap bulannya, seperti belanja bulanan ataupun self reward.
"Kalau pengeluaran untuk have fun hanya bersifat insidental saja. Nongkrong atau shopping maksimal 3 kali dalam sebulan. Sekali nongkrong Rp 100.000. Tapi misal belanja di mall, makan Rp 100.000, belanjanya Rp 500.000," ungkap Dinda.
Meski demikian, Dinda mengaku, antara pendapatan dan pengeluaran per bulan yang diimplementasikannya selalu seimbang. Bahkan, dirinya bisa menyisakan uang pendapatan untuk ditabung.
Baca juga: Demi Penuhi Gaya Hidup, Ibu di Lampung Tipu Puluhan Pedagang Sembako
"Sampai saat ini sepadan. Bisa menyisakan pendapatan untuk ditabung. Ada biaya healing juga, tapi selama ini dana healing masih utuh tersimpan di tabungan," ungkap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.