BANDA ACEH, KOMPAS.com - Suara rapai terdengar riuh di area kaki lima, gedung kompleks Dayan Daud Unsyiah Darussalam, Banda Aceh, Jumat (22/9/2023).
Dengan kondisi pencahayaan lampu redup, terlihat dua kelompok laki-laki anggota komunitas Sanggar Saleum, antusias mengikuti latihan tarian rapa'i geleng dan likok pulo yang dipandu oleh dua instruktur.
Baca juga: Wirawan, Dalang Generasi Terakhir yang Pertahankan Eksistensi Wayang Palembang
Tak jauh dari lokasi latihan itu, Imam Juwaini, seniman etnik sekaligus pendiri komunitas Sanggar Saleum, duduk di trotoar area parkir, dikelilingi delapan mahasiswa dan dosen dari ISBI Aceh.
Mereka tengah alot berdiskusi tentang tari tradisi Aceh sebagai bahan meteri kuliah lapangan.
Baca juga: Mati Suri Saat Pandemi, Sanggar Berusia 30 Tahun di Jambi Coba Bangkit dari Keterpurukan
"Ini mahasiswa dari Prodi Karawitan ISBI Aceh sedang mengikuti materi mata kuliah Musik Aceh Pesisir Barat. Mereka belajar langsung di lapangan, karena suasana belajar di luar seperti ini pasti beda dengan belajar di ruangan ," kata Surya, dosen Prodi Karawitan ISBI Aceh kepada Kompas.com.
Surya menceritakan pengalamannya tiga kali pertemuan dengan Imam saat membawa mahasiswanya mengikuti materi kuliah lapangan musik Aceh pesisir barat.
Menurutnya, penjelasan tentang seni dan budaya tradisi yang disampaikan Imam sangat mudah dipahami.
"Yang saya rasakan pribadi ya, Bang Imam itu asik orangnya, ramah, dan mudah akrab. Kami merasa satu frekuensi, jadi nyaman belajar dengan beliau. Apa yang disampaikan, mudah kita pahami karena beliau langsung memberikan contoh atau pendekatan yang dekat dan mudah kita pahami," ungkapnya.
Sementara, Imam mengatakan, latihan rutin anggota komunitas Sanggar Saleum dilakukan pada malam hari dengan memanfaatkan area kosong yang ada di seputaran Gedung Dayan Dawood Unsyiah dan Kampus UIN Ar-Raniry.
"Kami belum ada tempat sendiri, makanya di mana ada ruang kosong, di situ kami jadikan tempat latihan. Untuk malam Kamis, personel perempuan yang latihan, laki malam Selasa, Rabu dan Sabtu itu rutin latihan mulai Pukul 21.00- 23.00 Wib, karena malam, anggota, baik siswa dan mahasiswa semua bisa ikut," ungkapnya.
Imam menjelaskan, saat ini komunitas Sanggar Saleum memiliki 50 anggota aktif untuk semua jenis tari tradisi yang sudah siap tampil di berbagai acara pentas seni ataupun even serimoni.
Tari ini siap ditampilkan baik di tingkat lokal maupun nasional. Di antaranya tari saman, rapai geleng, likok pulo, sudati untuk laki-laki, laweut untuk perempuan, ratoh jaroe, likok banda, dan ranub lampuan.
"Acara open seremoni sering kami isi. Kebanyakan pihak swasta yang sering mengundang tampil. Kalau kegiatan pemerintahan, jarang kami diundang," katanya.
Komunitas Sanggar Saleum didirikan Imam secara swadaya pada 2006.
Mereka tak memiliki sponsor ataupun donatur untuk bergerak menjaga dan melestarikan tarian tradisi Aceh ini.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.