Meski demikian, kemajuan teknologi juga ada sisi positifnya. Seperti Khauzan misalnya, yang justru tertarik mendalami dunia pewayangan karena sering melihat di Youtube.
"Padahal keluarganya tidak ada yang berlatar belakang dalang," kata Aji.
Menurut Aji, tidak mudah menarik minat generasi muda untuk mencintai budaya adiluhung ini.
"Kami kesulitan mencari bibit. Pertama harus ada kemauan dulu, kedua pagelaran wayang kulit ini biayanya mahal, butuh tekad yang serius," ujar Aji.
Untuk itu, Pepadi Banyumas Raya berkomitmen untuk terus menggelar lomba dalang cilik setiap tahun.
Aji mengatakan, tahun ini lomba diikuti lima dalang cilik. Dua dari Kabupaten Banyumas dan masing-masing satu peserta dari Purbalingga, Banjarnegara dan Cilacap.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.