Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksistensi Wayang Orang Ngesti Pandowo, Tetap Bertahan di Tengah Kemajuan Zaman

Kompas.com - 23/09/2023, 15:37 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Reni Susanti

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Siapa yang tak kenal Wayang Orang (WO) Ngesti Pandowo, sekumpulan seniman wayang orang yang berdiri pada 1937 dan kini menetap di Kota Semarang.

Suara tembang dan gamelan Jawa memenuhi penjuru Gedung Ki Narto Sabdo, tepatnya di Kawasan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Jalan Sriwijaya, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, malam itu.

Para pemain tampak luwes menari dan melantunkan percakapan berbahasa Jawa di atas panggung. Saban hari Sabtu malam, WO Ngesti Pandowo selalu melakukan pentas di Gedung Ki Narto Sabdo untuk menghibur masyarakat Kota Semarang.

Baca juga: Wayang Orang Ngesti Pandowo, Riwayatmu Kini

Salah satu pemain, Landung Kurniamukti, tampak gagah saat bermain peran di atas panggung.

Ditemui seusai pentas, Landung, sapaan akrabnya, mengaku sangat bangga bisa menjadi bagian dari WO Ngesti Pandowo. Dirinya menyebut, wayang orang merupakan salah satu kesenian yang sangat berharga.

Lantaran, tidak semua orang memiliki minat dan semangat untuk melestarikan kesenian asal Jawa ini.

"Kalau saya memang suka nguri-uri budaya, suka melakukan juga. Ayah juga jadi pemain wayang orang Ngesti Pandowo, jadi saya tertarik ikut tanpa dipaksa," ucap Landung kepada Kompas.com, Sabtu (16/9/2023) malam.

Baca juga: Sebelum Pentas, Dalang Wayang Potehi Jalani Ritual Jadi Vegetarian Selama 3 Hari Berturut-turut

Siswa kelas 8 SMPN 21 Semarang itu mengaku, banyak belajar bermain peran ataupun menari selama bergabung di Ngesti Pandowo. Tak heran, jika Landung kerap memerankan wayang orang sebagai wayang kecil, prajurit, hingga raksasa.

"Karena banyak belajar di sini, kalau di sekolah sering disuruh guru untuk pentas tari di event-event penting. Misal waktu ada acara 17 Agustus kemarin," ucap dia.

Sementara itu, pemain lainnya, Bagas Surya mengatakan, untuk menjadi seorang pemain wayang orang dibutuhkan kecerdasan yang lebih tinggi.

Tidak hanya bisa menari dan dagelan, namun juga harus paham dengan alur cerita yang dibawakan.

"Tahapan untuk menjadi wayang orang memang banyak. Perlu proses yang panjang dan bertahap," ucap Bagas.

Dirinya berkecimpung di dunia wayang orang sejak 2014. Tak heran, jika Bagas bisa menari dengan luwes dan dapat mengekspresikan peran dengan mudah.

Bagas mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika hendak melakukan pentas.

"Yang harus diingat itu alur cerita, dialog, lalu ada juga idiom-idiom. Biasanya sutradara membuat ringkasan cerita, mengarahkan ini lakunya siapa dan siapa. Kalau dulu latihan terus, seiring berjalannya waktu hanya perlu review sedikit, lalu pengembangan di atas panggung, karena sudah terbiasa," tutur dia.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahakam Ulu Banjir Bandang, BPBD Baru Bisa Dirikan 1 Posko Pengungsian karena Akses Terputus

Mahakam Ulu Banjir Bandang, BPBD Baru Bisa Dirikan 1 Posko Pengungsian karena Akses Terputus

Regional
Mahakam Ulu Terendam Banjir: Ketinggian Air Capai 4 Meter, Ratusan Warga Mengungsi

Mahakam Ulu Terendam Banjir: Ketinggian Air Capai 4 Meter, Ratusan Warga Mengungsi

Regional
Baru Satu Minggu Dimakamkan, Makam Pemuda di Tarakan Dibongkar karena Ada Dugaan Penganiayaan

Baru Satu Minggu Dimakamkan, Makam Pemuda di Tarakan Dibongkar karena Ada Dugaan Penganiayaan

Regional
Nenek 65 Tahun di Sorong Diperkosa 5 Orang hingga Tewas, 1 Pelaku Ditangkap

Nenek 65 Tahun di Sorong Diperkosa 5 Orang hingga Tewas, 1 Pelaku Ditangkap

Regional
Bukit Kessapa, Tempat Bersejarah Penyebaran Ajaran Buddha yang Jadi Titik Awal Perjalanan Bhikku Thudong

Bukit Kessapa, Tempat Bersejarah Penyebaran Ajaran Buddha yang Jadi Titik Awal Perjalanan Bhikku Thudong

Regional
Lagi, 1 Anak di Gunungkidul Meninggal karena DBD, Total Ada 600 Kasus

Lagi, 1 Anak di Gunungkidul Meninggal karena DBD, Total Ada 600 Kasus

Regional
Mahakam Ulu Banjir Parah, Kantor Pemerintahan dan Mapolsek Terendam

Mahakam Ulu Banjir Parah, Kantor Pemerintahan dan Mapolsek Terendam

Regional
Banjir Rendam 37 Desa di Mahakam Hulu, BPBD: Terparah Sepanjang Sejarah

Banjir Rendam 37 Desa di Mahakam Hulu, BPBD: Terparah Sepanjang Sejarah

Regional
Dituntut 5 Tahun, Kades di Serang Banten Divonis Bebas Kasus Pemalsuan

Dituntut 5 Tahun, Kades di Serang Banten Divonis Bebas Kasus Pemalsuan

Regional
Beredar Surat Berkop DPRD Lebak Minta Loloskan 29 Anggota PPK Pilkada 2024

Beredar Surat Berkop DPRD Lebak Minta Loloskan 29 Anggota PPK Pilkada 2024

Regional
Lirik Lagu Sang Bumi Ruwa Jurai dan Arti, Lagu Daerah Lampung

Lirik Lagu Sang Bumi Ruwa Jurai dan Arti, Lagu Daerah Lampung

Regional
Paman dan Penasehat Maju Pilkada, Bobby: Itu Pilihan Masyarakat

Paman dan Penasehat Maju Pilkada, Bobby: Itu Pilihan Masyarakat

Regional
Cegah Bencana Susulan, Cuaca di Kaki Gunung Marapi Dimodifikasi

Cegah Bencana Susulan, Cuaca di Kaki Gunung Marapi Dimodifikasi

Regional
Teror Pencuri Spesialis Jok Motor di Masjid Semarang, Incar Korban saat Shalat

Teror Pencuri Spesialis Jok Motor di Masjid Semarang, Incar Korban saat Shalat

Regional
Pj Gubernur Banten Diberhentikan, Virgojanti Tak Lagi Jadi Plh Sekda

Pj Gubernur Banten Diberhentikan, Virgojanti Tak Lagi Jadi Plh Sekda

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com