SEMARANG, KOMPAS.com - Siapa yang tak kenal Wayang Orang (WO) Ngesti Pandowo, sekumpulan seniman wayang orang yang berdiri pada 1937 dan kini menetap di Kota Semarang.
Suara tembang dan gamelan Jawa memenuhi penjuru Gedung Ki Narto Sabdo, tepatnya di Kawasan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Jalan Sriwijaya, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, malam itu.
Para pemain tampak luwes menari dan melantunkan percakapan berbahasa Jawa di atas panggung. Saban hari Sabtu malam, WO Ngesti Pandowo selalu melakukan pentas di Gedung Ki Narto Sabdo untuk menghibur masyarakat Kota Semarang.
Baca juga: Wayang Orang Ngesti Pandowo, Riwayatmu Kini
Salah satu pemain, Landung Kurniamukti, tampak gagah saat bermain peran di atas panggung.
Ditemui seusai pentas, Landung, sapaan akrabnya, mengaku sangat bangga bisa menjadi bagian dari WO Ngesti Pandowo. Dirinya menyebut, wayang orang merupakan salah satu kesenian yang sangat berharga.
Lantaran, tidak semua orang memiliki minat dan semangat untuk melestarikan kesenian asal Jawa ini.
"Kalau saya memang suka nguri-uri budaya, suka melakukan juga. Ayah juga jadi pemain wayang orang Ngesti Pandowo, jadi saya tertarik ikut tanpa dipaksa," ucap Landung kepada Kompas.com, Sabtu (16/9/2023) malam.
Baca juga: Sebelum Pentas, Dalang Wayang Potehi Jalani Ritual Jadi Vegetarian Selama 3 Hari Berturut-turut
Siswa kelas 8 SMPN 21 Semarang itu mengaku, banyak belajar bermain peran ataupun menari selama bergabung di Ngesti Pandowo. Tak heran, jika Landung kerap memerankan wayang orang sebagai wayang kecil, prajurit, hingga raksasa.
"Karena banyak belajar di sini, kalau di sekolah sering disuruh guru untuk pentas tari di event-event penting. Misal waktu ada acara 17 Agustus kemarin," ucap dia.
Sementara itu, pemain lainnya, Bagas Surya mengatakan, untuk menjadi seorang pemain wayang orang dibutuhkan kecerdasan yang lebih tinggi.
Tidak hanya bisa menari dan dagelan, namun juga harus paham dengan alur cerita yang dibawakan.
"Tahapan untuk menjadi wayang orang memang banyak. Perlu proses yang panjang dan bertahap," ucap Bagas.
Dirinya berkecimpung di dunia wayang orang sejak 2014. Tak heran, jika Bagas bisa menari dengan luwes dan dapat mengekspresikan peran dengan mudah.
Bagas mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika hendak melakukan pentas.
"Yang harus diingat itu alur cerita, dialog, lalu ada juga idiom-idiom. Biasanya sutradara membuat ringkasan cerita, mengarahkan ini lakunya siapa dan siapa. Kalau dulu latihan terus, seiring berjalannya waktu hanya perlu review sedikit, lalu pengembangan di atas panggung, karena sudah terbiasa," tutur dia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.