Satu dekade terakhir, bahan baku karya tari Sekintang Dayo berasal dari tradisi dan ritual.
Dengan demikian, banyak produk karya budaya yang telah menerima sertifikat warisan budaya tak benda (WBTB) menjadi materi pokok dalam pengolahan tari.
Ia mencontohkan karya tari yang lahir dari tradisi yang telah WBTB adalah Tari Kain Kromong dari Kabupaten Sarolangun.
Baca juga: Kabut Asap di Palembang dan Jambi, Warga: Tenggorokan Kering, Mata Pedih, Hidung Tersumbat
Bahkan Sekintang Dayo sudah menggarap tari ini, jauh sebelum dia ditetapkan WBTB.
Mengapa Tari Kain Kromong, dengan pergeseran budaya di masyarakat, Tari Kain Kromong sudah tidak dilirik generasi sekarang, sehingga tari ini sudah ratusan tahun tidak dipentaskan.
Keberuntungan Eri kala itu, memiliki kesempatan bertemu dengan pewaris terakhir Tari Kain Kromong yaitu Nenek Nuraini yang kini sudah tidak bisa menari karena sakit-sakitan.
“Karena Tari Kain Kromong ini kami angkat, sekarang banyak generasi muda yang tau. Kalau tidak tentu dia akan mati bersama maestronya yang kini sudah meninggal dunia,” kata Eri.
Selain Tari Kromong ada banyak lagi seperti Tari Piring Tujuh, Ngayun Luci, Ritual Besale, Inai, Seribu Lilin, Anggut, Tari Pisang, Besayak dan Tari Kadam.
Baca juga: Kronologi Mahasiswa Jambi Dikeroyok Puluhan Mahasiswa Lain
Kebanyakan tari-tari tersebut yang menguasai ilmunya, hanya satu orang, itupun usianya sudah di atas 60 tahun.
“Maka kami punya harapan, bagaimana tari-tari tradisi di masa lampau itu, bisa kembali hidup dan dapat diapresiasi oleh generasi muda,” kata Eri.
Tentunya tidak hanya tari, karya musik yang dihasilkan seniman-seniman yang bernaung di Sekintang Dayo juga berangkat dari tradisi seperti Dideng, Krinok, Kompangan dan Kelintang Perunggu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.