PALEMBANG, KOMPAS.com- Hujan yang terjadi di sebagian wilayah Sumatera Selatan yang berlangsung sejak kemarin membuat kabut asap yang menyelimuti kota Palembang mulai menipis.
Bahkan, kualitas udara yang sebelumnya berada di level tidak sehat kini telah turun ke level sedang.
Berdasarkan data dari Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) konsentrasi partikulat atau PM 2.5 di Palembang, pada Selasa (19/9/2023) berjumlah 21.20 mikrogram per meter kubik pada 04.00 WIB.
Baca juga: Karhutla di 3 Kabupaten Sumsel, Kabut Asap Masih Selimuti Palembang
Kemudian, pada pukul 09.00 WIB PM 2.5 berjumlah 57.00 mikrogram per meter kubik dan masih berada di level warna biru dengan kondisi sedang.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Selatan Wandayantolis saat dikonfirmasi membenarkan kini udara di Palembang telah berangsur kembali sehat telah turun hujan di sebagian wilayah.
Wilayah yang terjadi hujan pada Senin (18/9/2023) dengan intensitas ringan tersebut meliputi Empat Lawang, Pagar Alam, Musi Rawas Utara, Lubuk Linggau.
“Betul, adanya hujan dan usaha keras Satgas di lapangan sangat membantu,”kata Wandayantolis saat dikonfirmasi lewat pesan singkat.
Baca juga: Kabut Asap Tutupi Jalan Lintas Palembang-Indralaya, Pengemudi Diminta Waspada
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori menambahkan, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dilakukan sejak 16 hingga 21 September 2023.
Tim dari TMC ini memaksimalkan awan penghujan yang ada di sebagian wilayah Sumsel.
“Keberhasilan hujan dari TMC ini juga memang adanya awan hujan. Sehingga dimaksimalkan lagi agar awannya tidak pecah, sehingga gagal hujan. TMC terus dilakukan sampai tanggal 21 nanti sesuai dengan prediksi dari BMKG,” jelas Ansori.
Meski curah hujan ini terbilang ringan, Ansori menyebut bahwa akumulasi asap yang terbang ke udara berhasil diturunkan.
Hal tersebut terlihat dari kondisi asap di Palembang yang telah mulai menipis pada pagi hari.
“Biasanya hujan pertama itu tambah parah, asap makin naik. Tapi hari ini lumayan bagus, material asap berhasil terbawa hujan,” ujarnya.
Ansori menjelaskan, sejauh ini kondisi karhutla terparah terjadi di Kabupaten OKI.
Baca juga: Natuna Diselimuti Kabut Asap Kiriman dari Kalbar, Mata Jadi Perih dan Kualitas Udara Buruk
Bahkan, luasan lahan yang terbakar telah mencapai 2.625 hektar sepanjang Januari sampai Agustus 2024.
Padahal, pada tahun sebelumnya jumlah kebakaran di wilayah itu hanya seluas 133 hektar.
“Tahun ini memang lebih kering daripada sebelumnya, sehingga luasan yang terbakar juga bertambah,”jelas Ansori.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.