KOMPAS.com - Fenomena hari tanpa bayangan setiap tahun terjadi di Indonesia dan berlangsung di waktu-waktu tertentu.
Masyarakat yang mengetahui adanya kejadian hari tanpa bayangan biasanya akan menantikan waktu tengah hari, yaitu ketika bayangan mereka atau bayangan benda di sekitarnya seakan "menghilang".
Baca juga: Hari Tanpa Bayangan di Indonesia mulai 8 September 2023, Ini Jadwal dan Daerahnya
Meski Matahari bersinar terik, namun pada waktu-waktu tertentu inilah bayangan benda tidak akan terlihat karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.
Hal ini karena cahaya Matahari berada tepat di atas benda, sehingga bayangan benda terlihat seperti “menghilang".
Berikut adalah penjelasan singkat terkait pengertian dan waktu terjadinya fenomena hari tanpa bayangan.
Baca juga: Indonesia Bakal Alami Hari Tanpa Bayangan 2 Kali di 2023, Cek Tanggalnya
Hari tanpa bayangan adalah sebuah hari saat fenomena Matahari berada tepat di atas sehingga tidak ada bayangan yang terbentuk oleh benda tidak berongga saat tengah hari.
Fenomena ini dapat diamati dari berbagai wilayah di Indonesia di waktu yang berbeda-beda tergantung dari letak lintangnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa fenomena hari tanpa bayangan terjadi akibat posisi Matahari terhadap Bumi yang disebut dengan istilah kulminasi.
Kulminasi atau transit atau istiwa' adalah fenomena ketika Matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit.
Pada saat terjadinya fenomena hari tanpa bayangan, deklinasi Matahari sama dengan lintang di wilayah pengamat itu berada.
Deklinasi adalah sudut apit antara lintasan semu harian Matahari dengan proyeksi ekuator Bumi pada bola langit yang disebut juga sebagai ekuator langit.
Kondisi inilah yang kemudian disebut sebagai kulminasi utama, di mana saat itulah Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit.
Akibatnya, bayangan benda yang terkena cahaya Matahari akan terlihat "menghilang" karena bayangannya bertumpuk dengan benda itu sendiri.
Karena itulah hari dimana kulminasi utama terjadi kemudian dikenal masyarakat sebagai hari tanpa bayangan.
Sementara dilansir dari Kompas.tv, periset Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang menjelaskan bahwa fenomena ini disebabkan karena pada tengah hari, nilai deklinasi Matahari pada periode tersebut akan sama dengan lintang wilayah Indonesia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.