Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KLHK Optimistis Ekosistem Bromo Pascakebakaran Perlahan Pulih Setelah Hujan Turun

Kompas.com - 16/09/2023, 11:57 WIB
Imron Hakiki,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah ekosistem tumbuhan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) rusak akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) selama 10 hari, sejak Rabu (6/9/2023).

Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Prof Dr Satyawan Pudyatmoko mengatakan, beberapa ekosistem tumbuhan yang terdampak itu, selain alang-alang dan cemara hutan, di antaranya akasia dekuren dan kemlanding gunung.

"Total lahan yang terbakar diperkirakan mencapai 504 hektar," ungkap Satyawan, dalam kunjungannya di kawasan TNBTS, Jumat (15/9/2023).

Untuk mengembalikan ekosistem itu, Setyawan optimistis ketika hujan turun, rumput-rumput akan kembali tumbuh dengan cepat.

Baca juga: Calon Pengantin Pria: Kami Sudah Berusaha Padamkan Kebakaran Bromo dengan Air Mineral 5 Botol

"Mungkin untuk pepohonan, seperti cemara hutan ini yang agak lama," ungkap dia.

Dia mencontohkan pada erupsi Gunung Merapi Yogyakarta pada tahun 2010 lalu, menyebabkan hutan tertimbun lahar panas hingga menjadi padang pasir.

Namun, pasca hujan sering turun, akasia dekuren tumbuh kembali.

"Erupsi merapi itu justru lebih hebat dari kebakaran di Bromo ini. Jadi, saya yakin, akasia dekuren di sini juga bisa lebih cepat tumbuh, beberapa waktu setelah kebakaran ini," tutur dia.

Terlebih menurut Setyawan, karhutla yang terjadi di kawasan TNBTS adalah jenis kebakaran permukaan (surfice fire) yang tidak menyebabkan organisme renik di dalamnya mati.

"Jadi, karhutla itu ada tiga macam: kebakaran permukaan (surfice fire), kebakaran dalam tanah (ground fire), dan kebakaran tajuk (crown fire). Nah, di Bromo ini masuk jenis kebakaran permukaan, sehingga ekosistemnya relatif masih aman," tutur dia.

Baca juga: Calon Pengantin Terkait Kebakaran Bromo Minta Maaf kepada Masyarakat

"Nanti kalau hujan akan tumbuh lagi," imbuh dia.

Sementara kerugian ekologi akibat karhutla TNBTS, menurut Setyawan di antaranya hilangnya beberapa habitat asli gunung Bromo.

Seperti sarang binatang dan tumpukan semak belukar yang bisa berfungsi mencegah erosi saat terjadi hujan.

"Ada banyak jenis binatang yang hidup dan bersarang di Bromo ini. Sehingga akibat kebakaran bisa binatang itu pastinya terganggu," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Minggu 16 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Minggu 16 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Minggu 16 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Minggu 16 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Minggu 16 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Minggu 16 Juni 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Kecewanya Ibu Kristianie, Anaknya Mendadak Dicoret dari Seleksi Paskibraka Nasional meski Raih Nilai Tertinggi

Kecewanya Ibu Kristianie, Anaknya Mendadak Dicoret dari Seleksi Paskibraka Nasional meski Raih Nilai Tertinggi

Regional
[POPULER NUSANTARA] Warga Sukolilo Pati Takut Motornya Diangkut Polisi | Densus 88 Geledah Rumah Tukang Bubur

[POPULER NUSANTARA] Warga Sukolilo Pati Takut Motornya Diangkut Polisi | Densus 88 Geledah Rumah Tukang Bubur

Regional
Sama-sama Olahan Daging Kambing, Apa Beda Gulai, Tongseng dan Tengkleng?

Sama-sama Olahan Daging Kambing, Apa Beda Gulai, Tongseng dan Tengkleng?

Regional
Bukit Batas di Kalimantan Selatan: Daya Tarik, Biaya, dan Cara Menuju

Bukit Batas di Kalimantan Selatan: Daya Tarik, Biaya, dan Cara Menuju

Regional
Kapal Bermuatan 70 Ton Kayu Ilegal Ditangkap di Perairan Kepulauan Meranti Riau

Kapal Bermuatan 70 Ton Kayu Ilegal Ditangkap di Perairan Kepulauan Meranti Riau

Regional
Gecok Kambing, Kuliner Khas Semarang Berbumbu Rempah

Gecok Kambing, Kuliner Khas Semarang Berbumbu Rempah

Regional
1 Prajurit TNI Gugur Ditembak KKB di Puncak

1 Prajurit TNI Gugur Ditembak KKB di Puncak

Regional
Gempa M 5,7 Guncang Pulau Doi

Gempa M 5,7 Guncang Pulau Doi

Regional
Tersangka Pengeroyok Bos Rental di Sukolilo Pati Bertambah Jadi 10 Orang

Tersangka Pengeroyok Bos Rental di Sukolilo Pati Bertambah Jadi 10 Orang

Regional
3 Kecamatan di Pati Jadi Target Operasi Kendaraan Bodong, Polisi Belum Tetapkan Tersangka

3 Kecamatan di Pati Jadi Target Operasi Kendaraan Bodong, Polisi Belum Tetapkan Tersangka

Regional
Jelang Idul Adha, Sejumlah Hewan Kurban di Jateng Terjangkit Diare dan Cacar

Jelang Idul Adha, Sejumlah Hewan Kurban di Jateng Terjangkit Diare dan Cacar

Regional
Pengakuan Karyawan di Batam Curi 143 Ponsel dari Perusahaan: Punya Utang di Pinjol Rp 100 Juta

Pengakuan Karyawan di Batam Curi 143 Ponsel dari Perusahaan: Punya Utang di Pinjol Rp 100 Juta

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com