Secara teknis, konstruksi Waduk Gajah Mungkur direncanakan mampu bertahan selama 100 tahun.
Hal ini ditentukan dengan perhitungan jika endapan lumpur yang masuk ke dalam waduk setiap tahunnya tidak lebih dari 1,5 juta meter kubik.
Sejarah pembangunan waduk ini tidak lepas dari pemindahan warga yang dikenal dengan peristiwa bedol desa.
Setidaknya ada 51 desa yang ditenggelamkan dan lebih dari 13.000 kepala keluarga dipindahkan karena tanah dan sawahnya tergenang waduk.
Sebagian besar penduduk dari desa tersebut melakukan transmigrasi ke Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.
Sehingga untuk menghormati pengorbanan warga yang merelakan kampung halamannya untuk dijadikan waduk, pemerintah Kabupaten Wonogiri membangu Monumen Bedol Desa di tepi Waduk Gajah Mungkur.
Salah satu misteri Waduk Gajah Mungkur yang menjadi perhatian masyarakat adalah keberadaan makam-makam kuno yang kerap muncul dari dasar waduk.
Dilansir dari TribunSolo.com, 11 September 2023, kemunculan makam-makam kuno ini terjadi di wilayah waduk yang masuk Lingkungan Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro.
Tepat di tepi genangan air Waduk Gajah Mungkur yang tengah surut, puluhan puing-puing makam terlihat bermunculan.
Kondisi kijing makam-makam kuno itu terlihat berserakan tak beraturan, walau begitu sebagian nampak masih utuh.
Namun ada juga kijing maka yang hanya tersisa puing-puingnya saja, dan ada yang telah rusak karena terkikis air.
Pada beberapa makam, masih terlihat nama pemilik makam yang ditulis menggunakan aksara jawa pada nisannya.
Ada pula yang masih terlihat secara samar-samar tulisan yang menandakan kapan kijing itu dibuat, ada yang tertulis tahun 1977 bahkan ada yang 1957.
Camat Wuryantoro, Sumardjono Fadjari, mengatakan bahwa makam itu ikut terkena genangan saat proyek pembangunan Waduk Gajah Mungkur.
Adapun keberadaan makam-makam kuno itu diketahui memang sudah ada sebelum pembangunan waduk.
Bagi warga sekitar, fenomena munculnya makam kuno di Waduk Gajah Mungkur kerap terjadi setiap tahun ketika air waduk surut karena musim kemarau.
Sumber:
tic.wonogirikab.go.id
solo.tribunnews.com
kompas.com (Penulis: Jawahir Gustav Rizal, Editor: Rizal Setyo Nugroho)
regional.kompas.com (Editor: Rachmawati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.