Salin Artikel

5 Fakta Waduk Gajah Mungkur, dari Sejarah hingga Munculnya Makam Kuno

KOMPAS.com - Kemunculan beberapa makam kuno yang ada di dasar Waduk Gajah Mungkur Wonogiri menjadi sebuah fenomena yang menarik perhatian masyarakat.

Tidak hanya makam kuno, beberapa reruntuhan yang merupakan sisa-sisa pemukiman warga yang lama tenggelam di dasar waduk juga bisa terlihat.

Kondisi ini terjadi saat musim kemarau yang membuat air di Waduk Gajah Mungkur surut, sehingga berbagai kenampakan yang ada di dasarnya bisa terlihat dengan jelas.

Menilik ke belakang, fenomena ini juga tidak lepas dari sejarah Waduk Gajah Mungkur dan proses yang dilakukan selama pembangunannya.

Beberapa cerita tentang Waduk Gajah Mungkur memang telah banyak diketahui oleh masyarakat, namun bagi yang baru pertama kali melihatnya pasti akan merasa heran.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah berbagai fakta terkait Waduk Gajah Mungkur yang menarik untuk disimak.

1. Sejarah Pembangunan Waduk Gajah Mungkur

Waduk Waduk Gajah Mungkur berada di Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah.

Waduk yang dibangun dari tahun 1976 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 17 November 1981.

Adapun rencana pembangunan Waduk Gajah Mungkur sebagai waduk serbaguna ini dilakukan sejak tahun 1964.

2. Menelan Anggaran Mencapai Rp 55 miliar

Dikutip dari Harian Kompas, 17 November 1981, pembangunan waduk ini melibatkan 2.800 pekerja, termasuk 35 ahli dari Jepang sebagai penasihat.

Anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan Waduk Gajah Mungkur mencapai Rp 55 miliar, di antaranya Rp 34 miliar dari APBN dan sisanya merupakan bantuan Pemerintah Jepang.

Dikutip dari Harian Kompas, 18 November 1981, Waduk Gajah Mungkur menjadi merupakan satu dari empat waduk besar yang dibangun dalam Proyek Bengawan Solo.

Keberadaan waduk ini diharapkan bisa mengendalikan banjir di hilir sungai Bengawan Solo, mengairi daerah irigasi seluas 23.200 hektar, dan mampu menghasilkan 12,4 MW tenaga listrik.

3. Direncanakan Dapat Bertahan Hingga 100 Tahun

Waduk yang memiliki luas 88 kilometer persegi ini mampu menampung debit air hingga 750 juta meter kubik.

Dengan ukuran dan daya tampung tersebut, Waduk Gajah Mungkur menjadi waduk terbesar di Jawa Tengah dan salah satu yang terbesar di Indonesia.

Secara teknis, konstruksi Waduk Gajah Mungkur direncanakan mampu bertahan selama 100 tahun.

Hal ini ditentukan dengan perhitungan jika endapan lumpur yang masuk ke dalam waduk setiap tahunnya tidak lebih dari 1,5 juta meter kubik.

4. Monumen Bedol Desa di Tepi Waduk

Sejarah pembangunan waduk ini tidak lepas dari pemindahan warga yang dikenal dengan peristiwa bedol desa.

Setidaknya ada 51 desa yang ditenggelamkan dan lebih dari 13.000 kepala keluarga dipindahkan karena tanah dan sawahnya tergenang waduk.

Sebagian besar penduduk dari desa tersebut melakukan transmigrasi ke Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.

Sehingga untuk menghormati pengorbanan warga yang merelakan kampung halamannya untuk dijadikan waduk, pemerintah Kabupaten Wonogiri membangu Monumen Bedol Desa di tepi Waduk Gajah Mungkur.

5. Misteri Makam Kuno di Dasar Waduk

Salah satu misteri Waduk Gajah Mungkur yang menjadi perhatian masyarakat adalah keberadaan makam-makam kuno yang kerap muncul dari dasar waduk.

Dilansir dari TribunSolo.com, 11 September 2023, kemunculan makam-makam kuno ini terjadi di wilayah waduk yang masuk Lingkungan Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro.

Tepat di tepi genangan air Waduk Gajah Mungkur yang tengah surut, puluhan puing-puing makam terlihat bermunculan.

Kondisi kijing makam-makam kuno itu terlihat berserakan tak beraturan, walau begitu sebagian nampak masih utuh.

Namun ada juga kijing maka yang hanya tersisa puing-puingnya saja, dan ada yang telah rusak karena terkikis air.

Pada beberapa makam, masih terlihat nama pemilik makam yang ditulis menggunakan aksara jawa pada nisannya.

Ada pula yang masih terlihat secara samar-samar tulisan yang menandakan kapan kijing itu dibuat, ada yang tertulis tahun 1977 bahkan ada yang 1957.

Camat Wuryantoro, Sumardjono Fadjari, mengatakan bahwa makam itu ikut terkena genangan saat proyek pembangunan Waduk Gajah Mungkur.

Adapun keberadaan makam-makam kuno itu diketahui memang sudah ada sebelum pembangunan waduk.

Bagi warga sekitar, fenomena munculnya makam kuno di Waduk Gajah Mungkur kerap terjadi setiap tahun ketika air waduk surut karena musim kemarau.

Sumber:
tic.wonogirikab.go.id  
solo.tribunnews.com  
kompas.com (Penulis: Jawahir Gustav Rizal, Editor: Rizal Setyo Nugroho)
regional.kompas.com   (Editor: Rachmawati)

https://regional.kompas.com/read/2023/09/14/204228278/5-fakta-waduk-gajah-mungkur-dari-sejarah-hingga-munculnya-makam-kuno

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke