Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Rempang Cate di Bawah Kekuasaan Panglima Galang, Sang Penumpas Lanun

Kompas.com - 10/09/2023, 17:18 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Terjadi bentrok antara warga Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, dengan tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Direktorat Pengamanan Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan Satpol PP di Pulau Rempang, Kamis (7/9/2023).

Saat bentrokan terjadi, Erman Sikumbang (48) yang rumahnya tak jauh dari lokasi bentrokan panik saat anak ketiganya pingsan dan bola matanya memuntih.

Bentrokan terjadi karena warga menolak pengembangan kawasan ekonomi Rempang Eco City di lokasi tersebut.

Erman juga tak bisa bernapas karena pekatnya asap gas air mata yang dilepaskan aparat gabungan untuk membubarkan massa.

Baca juga: Warga Rempang Minta KLHK dan BPN yang Pasang Patok Lahan, Bukan Polisi dan TNI

Dengan menggendong bayinya, Erman merangsek keluar rumah dalam situasi yang tak kondusif.

Ia berteriak sekeras-kerasnya di tengah kekacauan tersebut.

"Anak saya enggak bisa bernapas, tolong anak saya," seru Herman sepanjang jalan diikuti sang istri di belakangnya.

Wanita yang mengenakan baju kaus merah muda tersebut tak kalah panik dengan Erman. Sebagai ibu, Sukira (37) mencemaskan anaknya.

"Ya, Tuhan anak saya, enggak bergerak," serunya.

Bersyukur, anak Herman berhasil diselamatkan dan kembali pulih. Erman dan istrinya tinggal di rumah dekat jalan Trans Balerang.

Walaupun bayinya selamat, Erman was-was dan ketakutan pemukiman yang mereka tempati sewaktu-waktu direlokasi.

“Gimana tidak takut, kalau kami digusur. Mau kemana kami pindah, cuman inilah tempat tinggal kami sayu-satunya. Kami tinggal disini sudah 24 tahun,” kata dia.

Baca juga: Buntut Kericuhan di Pulau Rempang, 7 Warga Ditetapkan Tersangka Pelemparan Bom Molotov ke Polisi

Erman mengakui jika ia bukan orang asli Rempang Cate. Namun istrinya merupakan penduduk Melayu Rempang Cate dan keluarga besar sang istri tinggal di Tanjung Kertang.

“Orang tua bini saya ini tinggal di belakang tepi pantai, tujuh bersaudara semuanya tinggal di sini. Mulai dari ujung sana sampai sini,” ungkap Erman.

Erman menyebut jika nasib mereka sampai saat ini belum juga diketahui. Ia bahkan sempat mencari kontrakan jika rumahnya nanti digusur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com