KOMPAS.com - Keumalahayati dikenal sebagai pendiri Inong Balee, pasukan perang pertama yang seluruh anggotanya adalah perempuan.
Malahayati dan pasukannya ditakuti oleh musuh di perairan pesisir Aceh Besar serta Selat Malaka.
Keumalahayati adalah perempuan asal Aceh yang lahir pada 1 Januari 1550 lampau
Ia menjadi salah satu singa betina dari Tanah Rencong yang bernyali besar, selain Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia yang melawan kolonialisme.
Terlahir dengan nama Keumalahayati, ia berasal dari keluarga pengarung samudra berdarah biru.
Seperti tertulis di dalam buku Wanita Utama Nusantara dalam Lintasan Sejarah, karya Ismail Sofyan disebutkan bahwa ayah Malahayati yakni Laksamana Mahmud Syah adalah Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh.
Baca juga: Bangun Postur Kekuatan 20 Tahun ke Depan, TNI AL Terinspirasi Sosok Laksamana Malahayati
Malahayati adalah cicit dari Sultan Salahuddin Syah, raja kedua di Kesultanan Aceh yang memerintah pada tahun 1530 sampai 1539.
Masa remaja Malahayati dihabiskan di lingkungan istana termasuk mengikuti akademi militer matra angkatan laut kesultanan bernama Mahad Baitul Maqdis.
Saat baru berusia 35 tahun atau sekitar 1585, Malahayati dipercaya menjabat Kepala Barisan Pengawal Istana Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah semasa Sultan Alauddin Riayat Syah al-Mukammil memerintah.
Perlawanan terhadap kolonialisme Portugis pertama kali dilakukan Malahayati lewat sebuah pertempuran di perairan Teluk Haru dekat Selat Malaka pada 1586.
Kala itu, suami Malahayati, Laksamana Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief yang juga Kepala Pengawal Sultan memimpin pertempuran.
Puluhan kapal kayu Kesultanan Aceh berusaha mencegat kapal-kapal perang Portugis. Armada perang Kesultanan Aceh mampu memukul mundur Portugis.
Baca juga: TNI AU Gelar Latihan untuk Uji Pertahanan Udara Timur Indonesia, Libatkan KRI Malahayati-362
Namun sayang suami Malahayati gugur dalam pertempuran tersebut.
Malahayati tidak dapat menerima kenyataan tersebut dan berjanji menuntut balas dan meneruskan perjuangan sang suami.
Posisi mendiang Laksamana Tuanku Mahmuddin kemudian digantikan oleh Malahayati.
Oleh Sultan Riayat Syah, ia pun diberi pangkat laksamana dan menjadi perempuan pertama di dunia yang menyandang pangkat tersebut. Hal tersebut dikutip daro buku Perempuan Keumala.
Sebuah rencana besar pun diungkapkan Malahayati kepada Sultan. Dirinya mengaku ingin membangun sebuah armada tempur laut yang seluruh prajuritnya adalah perempuan.
Baca juga: KRI Malahayati Kirim Bantuan Bahan Pokok ke Pulau Masalembu yang Terisolasi karena Cuaca Ekstrem