KOMPAS.com - Baru-baru ini ramai di media sosial video yang memperlihatkan sekelompok orang berlomba mendayung dengan seorang anak menari di ujung perahu yang disebut tradisi pacu jalur.
Video tersebut dipadukan dengan musik latar "Biser King Dom Dom Yes Yes" yang dipopulerkan penyanyi asal Turki, Biser King hingga viral di media sosial.
Tradisi Pacu Jalur adalah perlombaan mendayung khas Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau.
Perlombaan mendayung ini dilakukan oleh 50-60 orang sebagai anak pacu tergantung dari panjang perahu.
Perahu yang dipakai yaitu dari kayu gelondongan atau kayu utuh tanpa sambungan, masyarakat setempat menyebut perahu itu sebagai jalur. Itulah asal mula nama pacu jalur.
Baca juga: Mengenal Pacu Jawi, Balapan Sapi Khas Minang: Asal-usul, Waktu Pelaksanaan, dan Manfaat
Tradisi Pacu Jalur merupakan budaya yang sudah turun temurun diwariskan di Kuansing sejak lebih dari 100 tahun.
Jalur yang dulu hanya menjadi alat transportasi bagi masyarakat di Sungai Kuantan kemudian digunakan dalam perlombaan adu cepat yang membuatnya menarik.
Pada zaman penjajahan Belanda, Pacu Jalur dibuat untuk merayakan hari jadi Ratu Wilhelmina Setelah Indonesia merdeka, tradisi Pacu Jalur dilaksanakan untuk merayakan hari raya agama Islam seperti Idul Fitri di Riau.
Kini, tradisi Pacu Jalur diselenggarakan untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca juga: Festival Pacu Jalur Ini Cuma Ada di Kuantan Singingi Riau
Puluhan orang yang disebut anak pacu berada di dalam perahu memiliki tugasnya masing-masing.
Tugas itu dibagi sebagai Tukang Concang yaitu komandan atau pemberi aba-aba, Tukang Pinggang atau juru mudi, dan Tukang Onjai yang pemberi irama di bagian kemudi dengan cara menggoyang-goyangkan badan.
Ada juga Tukang Tari yang membantu Tukang Onjai dalam memberi tekanan yang seimbang agar jalur dapat berjungkat-jungkit secara teratur dan berirama.
Pacu Jalur aan dimulai dengan dentuman meriam sebanyak tiga kali.
Dentuman pertama sebagai tanda untuk jalur-jalur menempatkan diri, dentuman kedua untuk posisi bersiap mengayuh dayung, dan dentuman ketiga untuk memulai perlombaan.
Konon, pemenang Pacu Jalur tidak ditentukan oleh jumlah atau kekuatan pendayung namun sisi magis dari kayu yang dijadikan jalur serta kemampuan pawang dalam mengendalikan jalur.
Baca juga: Keistimewaan Pacu Jalur, Tradisi Kebanggan Kuantan Singingi Provinsi Riau