KOMPAS.com - Pacu Jawi merupakan tradisi balapan sapi khas Minangkabau, khususnya Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Waktu pelaksanaan Pacu Jawi setelah panen sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Atraksi ini sangat dinantikan oleh wisatawan lokal dan mancanegara.
Tidak ada informasi mengenai waktu yang tepat mengenai awal pelaksanaan tradisi Pacu Jawi. Namun tradisi Pacu jawi telah dilakukan beratus-ratus tahun yang lalu.
Tradisi ini dimulai di sebuah nagarai, yaitu Nagari Tuo (desa tua) Pariangan Kabupaten Tanah Datar.
Pacu Jawi merupakan upaya petani zaman dahulu untuk menemukan cara membajak yang baik dan benar. Pasalnya pada waktu itu belum ditemukan cara membajak seperti saat ini.
Baca juga: Apa Itu Pacu Jawi? Balapan Sapi Khas Minang yang Dijajal Gordon Ramsay
Ternyata, membajak menggunakan jawi (sapi) membuat tanah menjadi gembur dan subur. Suburnya tanah pertanian disebabkan oleh kotoran jawi.
Dengan tanah yang subur dan gembur, maka hasil panen melimpah.
Kegiatan Pacu Jawi
Kegiatan Pacu Jawi merupakan acara permainan tradisional anak Nagari (Desa) yang lahir dan berkembang di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.
Pacu Jawi hanya dapat ditemukan di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Pariangan, Kecamatan Rambatan, Kecamatan Limo Kaum, dan Kecamatan Sungai Tarab.
Kegiatan Pacu Jawi selalu ditunggu-tunggu masyarakat setempat.
Tradisi Pacu Jawi dipadukan dengan tradisi masyarakat berupa arak-arakan pembawa dulang atau jamba yang berisi makanan.
Ada juga arak-arakan jawi-jawi terbaik yang didandani menggunakan aksesoris berupa suntiang (sunting) beserta pakaian.
Biasanya, tradisi tersebut dilakukan pada minggu keempat atau pada penutupan Pacu Jawi serta menjadi perhelatan besar di wilayah ini.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.