KOMPAS.com - Tradisi Pacu Jalur adalah sebuah perlombaan mendayung khas Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau.
Lomba mendayung ini dilakukan dengan menggunakan perahu dari kayu gelondongan atau kayu utuh tanpa sambungan yang oleh masyarakat setempat disebut jalur.
Baca juga: Festival Pacu Jalur Ini Cuma Ada di Kuantan Singingi Riau
Ajang lomba mendayung ini dilakukan dengan perahu dengan 50-60 orang sebagai anak pacu tergantung dari panjang perahu.
Baca juga: Uniknya Sejarah Pacu Jalur, Awalnya Perayaan untuk Ratu Belanda
Anak pacu dalam tiap jalur akan dibagi tugasnya sebagai Tukang Concang yaitu komandan atau pemberi aba-aba, Tukang Pinggang atau juru mudi, dan Tukang Onjai yang pemberi irama di bagian kemudi dengan cara menggoyang-goyangkan badan.
Baca juga: Google Doodle Tampilkan Gambar Pacu Jalur Kuantan Singingi pada HUT Ke-77 Indonesia
Ada juga Tukang Tari yang membantu Tukang Onjai dalam memberi tekanan yang seimbang agar jalur dapat berjungkat-jungkit secara teratur dan berirama.
Pacu Jalur aan dimulai dengan dentuman meriam sebanyak tiga kali. Dentuman pertama sebagai tanda untuk jalur-jalur menempatkan diri, dentuman kedua untuk posisi bersiap mengayuh dayung, dan dentuman ketiga untuk memulai perlombaan.
Konon, pemenang Pac Jalur tidak ditentukan oleh jumlah atau kekuatan pendayung namun sisi magis dari kayu yang dijadikan jalur serta kemampuan pawang dalam mengendalikan jalur.
Tidak hanya dilihat sebagai event olahraga, namun tradisi Pacu Jalur merupakan budaya yang sudah tertanam di Kuansing sejak lebih dari 100 tahun.
Jalur yang dulu hanya menjadi alat transportasi bagi masyarakat di Sungai Kuantan kemudian digunakan dalam perlombaan adu cepat yang membuatnya menarik.
Pada zaman penjajahan Belanda, Pacu Jalur dibuat untuk merayakan hari jadi Ratu Wilhelmina
Setelah Indonesia merdeka, tradisi Pacu Jalur dilaksanakan untuk merayakan hari raya agama Islam seperti Idul Fitri di Riau.
Kini, tradisi Pacu Jalur diselenggarakan untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia.
Saat ini perhelatan tersebut juga dikenal sebagai Festival Pacu Jalur yang diadakan tiap tahun di Tepian Narosa, Teluk Kuantan.
Festival Pacu Jalur biasanya dihelat pada bulan Agustus, berdekatan dengan momen peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada perhelatan ini, biasanya masyarakat di daerah Kuansing dan sekitar nya akan berdatangan untuk menonton tradisi ini.
Selain dapat menaikkan perekonomian setempat, hal ini juga dinilai dapat terus melestarikan tradisi Pacu Jalur yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kemendikbud.
Selain keseruan perlombaan mendayung, variasi kostum serta seruan dari peserta di setiap jalur juga menarik bagi wisatawan yang menonton.
Tak pelak jika pelaksanaan tradisi Pacu Jalur selalu disambut meriah oleh masyarakat Kuansing, wisatawan domestik, bahkan tersohor hingga mancanegara.
Sumber:
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
pariwisata.riau.go.id
tribunpekanbaruwiki.tribunnews.com
kompas.com (Penulis: Silvita Agmasari, Editor: Ni Luh Made Pertiwi F)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.