Harapannya, dengan menyedot air dari lubang Dondong, air di lubang Bogor yang masih tinggi dapat sedikit surut.
"Tapi, baru mau coba masukkan pompa, air keluar begitu deras. Daripada membahayakan kita keluar secepatnya, karena airnya deras sekali," ujar Adah.
Adah mengatakan, operasi SAR ini cukup berat karena medannya sulit. Untuk itu, pihaknya selalu mengutamakan keselamatan para personel SAR.
Sebab, lubang sedalam puluhan meter itu dipenuhi air dengan kedalaman dari permukaan tanah fluktuatif antara 11 sampai 14 meter. Selain itu, lubang itu sangat sempit.
"Kalau masuk membahayakan penolong, maka perlu diperhatikan safety-nya," ujar Adah.
Untuk diketahui, operasi SAR ini melibatkan lebih dari 200 personel dari Basarnas, TNI, Polri, Satpol PP, PMI, Tagana, dan relawan dari berbagai organisasi.
Operasi SAR ini mendapat dukungan penuh masyarakat.
Masyarakat sekitar tak segan untuk mengulurkan tangan kepada para personel tim SAR gabungan yang memerlukan bantuan.
Seperti yang dilakukan Ruswono (30), warga yang rumahnya paling dekat dengan lokasi tambang. Rumah ini berada di pinggir jalan desa, tepat di mulut gang menuju lokasi tambang.
Sejak sepekan terakhir, rumahnya tak pernah sepi. Orang keluar masuk rumahnya untuk sekadar numpang ke toilet, mandi hingga shalat.
Baca juga: Operasi SAR Resmi Ditutup, 8 Penambang Emas Terjebak di Lubang Galian Banyumas Dinyatakan Hilang
Kebetulan, halaman samping rumahnya juga dijadikan Posko Polresta Banyumas.
"Kenalan yang lewat banyak yang tanya, mengira saya mau nyunati," kata Ruswono terkekeh karena posko itu seperti tenda hajatan, lengkap dengan kain putih yang menutup sekelilingnya.
Ruswono mengatakan, awalnya pada hari pertama operasi, Rabu (26/7/2023) lalu mendengar informasi bahwa polisi membutuhkan tempat untuk posko.
"Tadinya polisi banyak yang duduk-duduk di sini (di teras), terus katanya kapolsek mau bikin posko. Ya sudah saya tawarkan di sini saja, kebetulan samping rumah cukup luas," tutur Ruswono.
Namun, Ruswono bersama teman-temannya harus membersihkan lokasi itu terlebih dahulu karena terdapat banyak tumpukan karung berisi material tambang.
"Saya minta kenalan untuk memasang tenda, hitung-hitungan (biayanya) menyusul pokoknya," ujar Ruswono.
Selain itu, di teras dan ruang tamu rumahnya juga disiapkan klasa. Ruangan itu biasa digunakan para relawan untuk beristirahat ketika malam hari.
"Saya pagi-pagi lihat banyak yang tidur di mobil bak terbuka (yang terparkir) di pinggir jalan, jadi saya suruh ke sini aja, walaupun cuma pakai klasa," kata Ruswono.
Ruswono mengatakan, dalam sepekan terakhir rumahnya tak pernah dikunci. Pintu depan dan belakang rumahnya selalu terbuka 24 jam.
"Alhamdulillah air di sini juga gampang, saya ambil dari sumber air, jadi yang butuh ke belakang tidak repot," ujar Ruswono.