Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Ritual di Danau Kuari Bogor untuk "Sembuhkan" ODGJ, 3 Orang Tewas

Kompas.com - 18/07/2023, 15:16 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Terapi alternatif untuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Bogor, Jawa Barat, telah menelan korban jiwa baru-baru ini.

Seorang psikiater menilai insiden ini menunjukkan masyarakat masih percaya gangguan kejiwaan sebagai "salah dari si pasiennya sendiri, kurang beriman, kurang bertakwa, kurang positif thinking, atau bahkan sebagian orang menganggap ini adalah ketempelan jin".

Ia bahkan memperingatkan pengobatan alternatif yang tidak didasari bukti ilmiah ini hanya "buang uang" dan menimbulkan masalah lebih luas bagi pasien, keluarga, dan lingkungan.

Sementara, Kementerian Kesehatan mengatakan akan giat mengedukasi masyarakat untuk memperoleh fasilitas kesehatan dalam penanganan masalah gangguan kejiwaan.

Baca juga: Ini Pertimbangan Polisi Tersangkakan Dukun N pada Kasus Ritual Maut di Danau Kuari

Sejauh ini kepolisian menetapkan guru spiritual yang memerintahkan ritual pengobatan sebagai tersangka atas insiden yang menewaskan tiga orang.

Jumat pagi (14/07/2023), ponsel Denny Kadarisman bergetar.

Komandan Rescue, Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Bogor, ini menengok layar ponselnya dan memperoleh laporan tiga orang tenggelam di Danau Kuari, Desa Tegalega.

Tiga pria ini dilaporkan tenggelam di danau pada malam Jumat, saat menjalani "ritual pengobatan".

"Lokasi tempat kejadian, bekas galian pasir," kata Denny kepada BBC News Indonesia, Senin (17/7/2023).

Denny bersama timnya kemudian bergegas ke lokasi kejadian, tapi saat penyelamatan akan dimulai sebagian orang di sana justru menahan proses pencarian.

"Yang pasti sebagian warga menahan. 'Jangan dulu Pak, jangan dulu Pak. Nanti dulu'," kata Denny menirukan kejadian saat itu.

Baca juga: Dukun Ritual Maut di Bogor yang Tewaskan 3 Pemuda Ditetapkan Sebagai Tersangka

Denny menemui orang-orang membaca mantra-mantra apa yang ia sebut "kearifan lokal, masih percaya alam gaib". Di beberapa bagian tepi danau, Denny juga menjumpai bekas "bakaran menyan".

Setelah ritual "jampi-jampi" selesai, sebagian orang kemudian membuang pakaian korban yang tenggelam di danau.

"Saya lihat itu. Jadi alasannya, ditukar pakaian kesayangan [korban] yang dipakai dibuang ke situ, ke danau, biar si korban cepat naik," kata Denny.

Bagaimanapun, proses ini sempat "menghambat" proses penyelamatan, kata Denny. Tim SAR gabungan kemudian menggunakan perahu karet dan "jangkar" untuk menemukan korban.

Setelah berjam-jam penggunaan jangkar, korban belum berhasil ditemukan.

Lalu, setelah jeda salat Jumat, tim mengambil pilihan menyelam ke dasar danau.

Sekitar pukul 14.00 WIB, tim menemukan korban pertama benama M. David Panreza, 20 tahun.

Baca juga: Anaknya Tewas Saat Ritual Pengobatan di Danau Quarry Bogor, Ayah Korban: Maafkan Bapak...

Jasad 3 Pemuda yang Tenggelam saat Jalani Ritual di Danau Akhirnya Ditemukan di Danau danau Kuari, Desa Tegalega, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/7/2023).Dok. BPBD Kabupaten Bogor Jasad 3 Pemuda yang Tenggelam saat Jalani Ritual di Danau Akhirnya Ditemukan di Danau danau Kuari, Desa Tegalega, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/7/2023).
Jenazah Badrusalam dan Cecep ditemukan masing-masing 10 menit kemudian. Kedua pria ini diperkirakan berusia 25 tahun.

Mayat korban masing-masing ditemukan hanya berjarak sekitar satu meter satu dengan yang lainnya di kedalaman danau sekitar lima meter.

"Karena danau tenang, tidak berarus. Cuma semakin dalam, semakin gelap pandangan kita."

Menurut keterangan yang diperolah Denny, peristiwa ini terjadi sekitar pukul 22.00 WIB, Kamis malam (13/07).

Saat itu David - orang dengan gangguan jiwa - yang sedang diobati, didampingi enam pria lainnya turun ke danau.

Atas petunjuk guru spiritual berinisal AN, 51 tahun, ritual ini mengharuskan David menenggelamkan tubuh sampai kepala. Direndam dan diangkat sampai tujuh kali.

Di tengah prosesi ini, tiba-tiba David mengamuk tak terkendali. Dua orang yang mendampinginya Badrusalam dan Cecep lalu berusaha untuk menenangkan, dan menarik David ke pinggir. Tapi nahas, mereka bersama-sama justru tenggelam di danau.

"Memang kondisi malam, tidak ada penerangan di situ. Gelap," kata Denny.

Baca juga: Fakta di Balik Tewasnya 3 Pemuda Saat Ritual Pengobatan di Danau Kuari Bogor, Hilang Tenggelam 16 Jam

Kapolsek Cigudeg, Kompol Wagiman, mengatakan, kala itu David didiagnosa mengalami gangguan jiwa dan hilang ingatan. Ia mengatakan ayah dari David yang meminta guru spiritual, AN, untuk menyembuhkan anaknya.

"Iya jadi bapaknya datang minta diobati, pengobatannya itu ya harus dimandikan," katanya.

Kasusnya kini ditangani Polres Bogor.

AN ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tiga korban tenggelam saat ritual pengobatan di Danau Kuari. AN dijerat pidana lantaran lalai yang menyebabkan orang lain meninggal dunia.

"Dijerat Pasal 359 KUHP. [Ancaman hukuman] maksimal 5 tahun penjara," kata Kasat Reskrim Polres Bogor AKP Yohannes Redhoi Sighiro.

Seluruh korban tewas diketahui berasal dari Desa Cipinang yang jaraknya sekitar enam kilometer dari Danau Kueri.

Baca juga: Awal Mula Ritual Maut yang Tewaskan 3 Orang di Bogor, Berniat Sembuhkan Gangguan Jiwa

Sejumlah warga Desa Cipinang yang dihubungi BBC News Indonesia mengaku kaget dengan insiden ini. Sebagian mengaku tak mengenal guru spiritual AN yang menjalankan pengobatan alternatif.

"Kalau gurunya itu, juga pendatang. Bukan dari desa dari sini… Saya nggak pernah tahu," kata Ganyong warga Desa Cipinang.

Warga Desa Cipinang lainnya yang tak ingin namanya disebutkan, berkata baru mendengar kejadian itu. "Katanya ada yang bilang pengobatan," katanya.

 

"Ketempelan jin"

Ilustrasi gangguan jiwaShutterstock Ilustrasi gangguan jiwa
Insiden tenggelamnya tiga pria di Danau Kueri ini mengindikasikan kepercayaan sebagian masyarakat terhadap pengobatan alternatif tidak berbasis ilmiah, khususnya dalam pengobatan ODGJ.

Ahli kesehatan jiwa, dokter Andri, tidak terkejut dengan insiden ini. Menurutnya sebagian "masyarakat sangat percaya dengan berbagai macam pengobatan alternatif."

"Bahkan orang-orang yang berpendidikan tinggi sekalipun masih percaya dengan pengobatan alternatif, apalagi jika menyangkut dengan masalah kesehatan jiwa," kata pria yang juga bekerja sebagai staf pengajar di Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan di Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida).

Menurut dokter Andri, tawaran pengobatan alternatif - yang tidak berbasis ilmiah - tumbuh subur di Indonesia "karena gangguan jiwa masih dianggap bukan penyakit".

"Jadi dianggap itu karena salah dari si pasiennya sendiri, kurang beriman, kurang bertakwa, kurang positive thinking, atau bahkan sebagian orang menganggap ini adalah ketempelan jin atau akibat makhluk halus," katanya, sambil menambahkan ini yang masih menjadi stigma di tengah masyarakat.

Baca juga: Aniaya ODGJ hingga Tewas, Pemuda di Lampung Mengaku Tak Terima Dilempar Batu

Stigma ini kemudian menjadi momok di masyarakat "yang membuat orang enggan datang ke dokter jiwa, karena malu, takut". Dengan rasa enggan, malu dan takut kemudian pasien memperoleh pengobatan yang salah selama bertahun-tahun.

Padahal gangguan jiwa sesungguhnya, adalah gangguan kesehatan.

"Penyakit yang bisa dibantu pengobatannya oleh dokter [meskipun] belum tentu bisa sembuh 100%, seperti juga penyakit-penyakit yang lain penyakit autoimun, penyakit saraf juga tidak bisa sembuh 100%...

Tapi kita bisa membantu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik," kata dokter yang menjadi anggota The American Psychosomatic Society.

Risiko salah penanganan

Cara menjaga kesehatan mental sebenarnya tidak mahal dan mudah untuk dilakukan.Shutterstock/SewCream Cara menjaga kesehatan mental sebenarnya tidak mahal dan mudah untuk dilakukan.
ODGJ berat yang dibawa pada pengobatan alternatif biasanya mendapat terapi berupa "diguyur, malam-malam disuruh berendam di air." Terapi yang mungkin berlangsung bertahun-tahun ini justru menghambat pengobatan bagi pasien.

Penundaan pengobatan secara medis bagi ODGJ akan menimbulkan masalah bagi pasien, keluarga dan lingkungan karena "angka kesembuhannya menjadi berkurang jauh".

"Mereka itu seharusnya segera diberikan obat untuk menyeimbangkan dopamin yang terlalu tinggi di otaknya, tapi ini tidak terjadi, dan akhirnya membuat kerusakan di sistem saraf otaknya semakin berat, dan baru diobati setelah dua atau tiga tahun," tambah dokter Andri.

Bagaimana jalan keluarnya

Dokter Andri menyayangkan persoalan gangguan jiwa ini baru terangkat ketika terdapat persoalan. Padahal hal ini bisa dicegah sedini mungkin, maka itu ia terus berkampanye mengenai penanganan ODGJ.

Ia mengingatkan jika seseorang atau anggota keluarga mengalami masalah perilaku, pikiran, dan perasaan, mengganggu kehidupan pribadi dan sosial selama dua pekan berturut-turut, segera berobat ke dokter kesehatan kejiwaan.

Baca juga: Mahasiswa di Jember Nyaris Bunuh Diri karena Overthinking, Ini Pentingnya Edukasi Kesehatan Mental

"Dokter jiwa di Indonesia itu salah satunya yang paling baik, bisa ditanggung dengan BPJS, jadi ini salah satu hal yang membantu untuk masyarakat," katanya.

Dokter Andri juga menyarankan agar sedapat mungkin menghindari pengobatan alternatif - yang tidak berbasis ilmiah - karena hal itu hanya "membuang uang".

"Jadi jangan takut teman-teman dan para masyarakat untuk berobat ke dokter jiwa kalau mengalami gangguan pada pikiran, perasaan, dan perilakunya. Makin cepat lebih baik, makin segera diobati maka outcome-nya atau hasil terapinya akan semakin membaik," kata dokter Andri.

Saat ditanya apa upaya pemerintah menekan pengobatan alternatif tak berbasis ilmiah ini, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan pihaknya akan "mengedukasi kepada masyarakat untuk mendapatkan pengobatan di fasilitas keseahatan dengan tenaga medis ataupun tenaga kesehatan sesuai kompetensinya."

"Adanya surat tanda registrasi (STR) atau Surat Izin Praktik (SIP) kedokteran menunjukkan kompetensi resmi mereka dalam memberikan pengobatan," katanya dalam keterangan tertulis kepada BBC News Indonesia.

Baca juga: Riau Kini Miliki Layanan Kesehatan Mental Korban Perundungan

Riset nasional terakhir dari Kementerian Kesehatan menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Masalah kesehatan jiwa di Indonesia ini dikait-kaitkan dengan tingginya prevalensi orang dengan gangguan jiwa.

Untuk saat ini Indonesia memiliki prevalensi potensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk.

Sementara itu, belum semua provinsi punya rumah sakit jiwa sehingga tidak semua ODGJ mendapatkan pengobatan yang seharusnya.

Persoalan lain, terbatasnya sarana prasarana dan tingginya beban akibat masalah gangguan jiwa. Kemenkes mencatat jumlah psikater sejauh ini sebanyak 1.053 orang. Dengan kata lain, satu psikater memiliki "beban besar" pelayanan terhadap 250 ribu penduduk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Regional
Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Regional
Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Regional
Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Regional
9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

Regional
Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Regional
Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Regional
Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Regional
Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Regional
KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

Regional
Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Regional
Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Regional
Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Regional
442 Rumah Warga di OKU Selatan Terdampak Banjir

442 Rumah Warga di OKU Selatan Terdampak Banjir

Regional
Warga OKU Diminta Waspadai Bencana Longsor

Warga OKU Diminta Waspadai Bencana Longsor

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com