Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sukses Serka Hidayat, Budi Daya Daun Talas Beneng untuk Pengganti Tembakau, Modal Kecil Untung Besar

Kompas.com - 10/07/2023, 13:17 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

BANYUMAS, KOMPAS.com - Di tengah kesibukannya, seorang babinsa, Serka Hidayat membudidayakan talas beneng.

Mulanya, Hidayat mencoba menanam talas beneng di pekarangan rumahnya di Desa Panembangan, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, seluas 1.000 meter persegi.

Kini, Hidayat juga bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) wilayah Brebes untuk membudidayakan talas beneng di lahan seluas 4.000 meter persegi.

Baca juga: Cerita Pilu Bocah 10 Tahun di Dairi Sumut, Meninggal Usai Digigit Anjing Peliharaannya, Korban Sempat Kejang

Menurut Hidayat, daun talas beneng ini sekarang banyak diburu untuk diolah menjadi produk alternatif pengganti tembakau.

Hidayat menceritakan, mulai membubidayakan talas beneng pada saat awal pandemi Covid-19. Kebetulan, ia punya kenalan asal Pemalang yang berbisnis daun talas beneng.

"Saya punya teman sebagai sub pemasaran (daun talas beneng), ayo coba, kebetulan ada lahan kosong di dekar rumah," tutur anggota Koramil Cilongok, Kodim 0701/Banyumas ini saat ditemui, Senin (10/7/2023).

Hidayat mengaku, saat itu sempat ragu. Pasalnya, selama ini daun talas hanya digunakan untuk pakan ikan gurami yang banyak dibudiyakan warga setempat.

"Apa iya daun talas bisa buat pengganti tembakau. Orang sini biasa buat pakan gurami kok buat ngerokok," ujar Hidayat.

Meski dipenuhi keraguan, Hidayat memutuskan untuk membeli benih talas beneng sebanyak 1.000 batang dengan harga Rp 1.000 per batang.

Baca juga: Cerita Pendik, Mengapung 9 Jam dan Saksikan Teman Mahasiswanya Tewas di Laut Malang

"Harga benihnya Rp 1.000 per batang. Tanaman ini tidak butuh benih banyak sebenarnya kalau sudah punya, tinggal dikembangkan," kata Hidayat.

Empat bulan kemudian Hidayat panen perdana. Hasilnya pun cukup memuaskan, hingga memutuskan untuk lebih serius membudidayakan daun talas beneng.

"Waktu itu panen pertama dapat 3,7 kuintal, harga jualnya Rp 2.000 per kilogram, kondisi basah," ucap Hidayat.

Saat ini untuk sekali panen, Hidayat dapat memperoleh hingga Rp 5 juta.

"Setelah dikurangi biaya operasional dan lain-lain ya hampir Rp 5 juta. Panen sebulan sekali, sebenarnya kalu dipaksakan bisa panen dua minggu sekali, tapi tidak bagus buat tanamannya," kata Hidayat.

Hidayat mengatakan, modal yang dikeluarkan untuk budi daya ini relatif kecil. "Kalau orang-orang prinsipnya modal kecil untung besar. Kalau saya tanpa modal untung besar," kelakar Hidayat.

Baca juga: Cerita AK Gerebek Istrinya dengan Kades di Vila Sukabumi, Curiga Sang Istri Keluar Rumah Dini Hari

Lebih lanjut Hidayat mengatakan, daun talas dikirim ke Pemalang, Ciamis dan Tasik untuk diolah menjadi pengganti tembakau.

Sedangkan umbinya diolah warga sekitar menjadi keripik dan olahan makanan lainnya.

"Kelemahannya sekarang ini banyak yang membudidayakan daun talas beneng, tapi tidak punya jalur untuk menjualnya," kata Hidayat.

Menurut Hidayat, untuk membudidayakan talas beneng sebenarnya cukup mudah. Dia juga tidak menggunakan pupuk kimia dalam budidaya ini.

"Tantangannya iklim, kalau hujan terus menerus bobotnya berat, tapi kadar air terlalu tinggi. Yang bagus itu kalau kadar airnya sedikit," ujar Hidayat.

Di tengah kesibukannya, Hidayat kini mempekerjakan empat orang untuk merawat tanaman tersebut. "Yang penting halal dan tidak mengganggu tugas saya," kata Hidayat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Regional
Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Regional
Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Regional
Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Regional
Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Regional
Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Regional
Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Regional
Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Regional
Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Regional
Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Regional
Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Regional
Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Regional
Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com