Salin Artikel

Cerita Sukses Serka Hidayat, Budi Daya Daun Talas Beneng untuk Pengganti Tembakau, Modal Kecil Untung Besar

Mulanya, Hidayat mencoba menanam talas beneng di pekarangan rumahnya di Desa Panembangan, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, seluas 1.000 meter persegi.

Kini, Hidayat juga bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) wilayah Brebes untuk membudidayakan talas beneng di lahan seluas 4.000 meter persegi.

Menurut Hidayat, daun talas beneng ini sekarang banyak diburu untuk diolah menjadi produk alternatif pengganti tembakau.

Hidayat menceritakan, mulai membubidayakan talas beneng pada saat awal pandemi Covid-19. Kebetulan, ia punya kenalan asal Pemalang yang berbisnis daun talas beneng.

"Saya punya teman sebagai sub pemasaran (daun talas beneng), ayo coba, kebetulan ada lahan kosong di dekar rumah," tutur anggota Koramil Cilongok, Kodim 0701/Banyumas ini saat ditemui, Senin (10/7/2023).

Hidayat mengaku, saat itu sempat ragu. Pasalnya, selama ini daun talas hanya digunakan untuk pakan ikan gurami yang banyak dibudiyakan warga setempat.

"Apa iya daun talas bisa buat pengganti tembakau. Orang sini biasa buat pakan gurami kok buat ngerokok," ujar Hidayat.

Meski dipenuhi keraguan, Hidayat memutuskan untuk membeli benih talas beneng sebanyak 1.000 batang dengan harga Rp 1.000 per batang.

"Harga benihnya Rp 1.000 per batang. Tanaman ini tidak butuh benih banyak sebenarnya kalau sudah punya, tinggal dikembangkan," kata Hidayat.

Empat bulan kemudian Hidayat panen perdana. Hasilnya pun cukup memuaskan, hingga memutuskan untuk lebih serius membudidayakan daun talas beneng.

"Waktu itu panen pertama dapat 3,7 kuintal, harga jualnya Rp 2.000 per kilogram, kondisi basah," ucap Hidayat.

Saat ini untuk sekali panen, Hidayat dapat memperoleh hingga Rp 5 juta.

"Setelah dikurangi biaya operasional dan lain-lain ya hampir Rp 5 juta. Panen sebulan sekali, sebenarnya kalu dipaksakan bisa panen dua minggu sekali, tapi tidak bagus buat tanamannya," kata Hidayat.

Hidayat mengatakan, modal yang dikeluarkan untuk budi daya ini relatif kecil. "Kalau orang-orang prinsipnya modal kecil untung besar. Kalau saya tanpa modal untung besar," kelakar Hidayat.

Lebih lanjut Hidayat mengatakan, daun talas dikirim ke Pemalang, Ciamis dan Tasik untuk diolah menjadi pengganti tembakau.

Sedangkan umbinya diolah warga sekitar menjadi keripik dan olahan makanan lainnya.

"Kelemahannya sekarang ini banyak yang membudidayakan daun talas beneng, tapi tidak punya jalur untuk menjualnya," kata Hidayat.

Menurut Hidayat, untuk membudidayakan talas beneng sebenarnya cukup mudah. Dia juga tidak menggunakan pupuk kimia dalam budidaya ini.

"Tantangannya iklim, kalau hujan terus menerus bobotnya berat, tapi kadar air terlalu tinggi. Yang bagus itu kalau kadar airnya sedikit," ujar Hidayat.

Di tengah kesibukannya, Hidayat kini mempekerjakan empat orang untuk merawat tanaman tersebut. "Yang penting halal dan tidak mengganggu tugas saya," kata Hidayat.

https://regional.kompas.com/read/2023/07/10/131752578/cerita-sukses-serka-hidayat-budi-daya-daun-talas-beneng-untuk-pengganti

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke