Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Sapi Kurban Jokowi di Blora Mengamuk | Mahfud MD Minta Polri Tegas soal Polemik Al Zaytun

Kompas.com - 30/06/2023, 06:16 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Sapi kurban dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kabupaten Blora, Jawa Tengah (Jateng), mengamuk saat akan disembelih, Kamis (29/6/2023).

Kejadian tersebut sempat membuat warga berlari ketakutan.

Selang beberapa menit, sapi berjenis simmental yang berbobot lebih dari satu ton itu dapat dikondisikan dan kemudian disembelih.

Berita lainnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia (Menko Polhukam) Mahfud MD angkat bicara soal polemik Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun.

Mahfud meminta Polri untuk menindak tegas polemik di ponpes yang dipimpin Panji Gumilang tersebut.

Ia menyatakan, dalam permasalahan Ponpes Al Zaytun terdapat aspek hukum pidana. Oleh karena itu, dirinya meyakinkan bahwa proses hukum harus dilakukan sesegera mungkin.

Berikut berita-berita yang menjadi sorotan pembaca Kompas.com pada Kamis.

1. Detik-detik sapi kurban Jokowi ngamuk saat hendak disembelih


Seekor sapi kurban Presiden Jokowi mengamuk saat hendak disembelih.

Peristiwa ini terjadi di halaman Masjid Roudhotul Jannah, Dukuh Gumiring, Desa Sidomulyo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Kamis pagi.

Lantaran sapi berbobot lebih dari satu ton itu mengamuk, tali yang mengikatnya sempat terputus. Kejadian ini pun membuat warga berlarian.

"Nuwun sewu, anak-anak adik-adik do minggir riyen (mohon maaf, anak-anak adik-adik, ayo minggir dulu), awas awas minggir minggir," ujar seorang warga.

Berselang beberapa menit, sapi tersebut kemudian dapat dikondisikan untuk segera disembelih.

Baca selengkapnya: Sapi Kurban Jokowi di Blora Mengamuk Sebelum Disembelih, Warga Sempat Lari Ketakutan

2. Mahfud MD sebut ada aspek hukum pidana soal kasus Al Zaytun

Menkopolhukam Mahfud MD saat diwawancarai awak media usai menjadi Khatib Salat Iduladha di MAJT Semarang, Kamis (29/6/2023).KOMPAS.COM/Titis Anis Fauziyah Menkopolhukam Mahfud MD saat diwawancarai awak media usai menjadi Khatib Salat Iduladha di MAJT Semarang, Kamis (29/6/2023).

Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan, terdapat aspek hukum pidana dalam kasus Al Zaytun.

Dengan demikian, Mahfud meminta Polri untuk menindak tegas permasalahan di ponpes tersebut.

“Al Zaytun itu ada aspek hukum pidana. Aspek hukum pidana tentu akan ditangani oleh Polri dan tidak akan diambangkan," ucapnya usai menjadi khatib shalat Idul Adha di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang, Kamis.

Mahfud pun meminta agar perkara itu tidak diambangkan.

"Kalau ya artinya ya, kalau tidak ya tidak. Jangan laporan ditampung lalu ada hambatan sana-sini, tidak jalan, tidak jelas,” ungkapnya.

Baca selengkapnya: Soal Kontroversi Ponpes Al Zaytun, Mahfud MD Desak Polri Tegas

 

3. Permintaan maaf mahasiswa KKN UNP yang videonya viral

Sekelompok mahasiswa UNP diusir dari lokasi KKN usai menyindir fasilitas di tempat mereka berkegiatan.Tangkapan layar akun Twitter @Heraloebss Sekelompok mahasiswa UNP diusir dari lokasi KKN usai menyindir fasilitas di tempat mereka berkegiatan.

Viral di media sosial, video mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) yang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Bungus, Kota Padang, Sumatera Barat, melontarkan kata-kata yang dinilai menyudutkan masyarakat setempat.

Buntut kejadian itu, sembilan mahasiswi yang tampak dalam video viral tersebut membuat permintaan maaf. Video permohanan maaf mereka diunggah ke media sosial.

Dalam video tersebut, mahasiswi UNP itu meminta maaf atas keteledorannya bermedia sosial.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terkait video yang sudah beredar dan sempat viral dan ditambahi bumbu-bumbu sehingga mengarah ke berita hoaks, kami dari KKN Bungus Teluk Kabung RW 5, memohon maaf sebesar-besarnya kepada ninik mamak, pemuka adat, camat Bungus Teluk Kabung, Lurah Bungus Barat, Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan seluruh masyarakat terkhusus Bungus Teluk Kabung," tuturnya.

Selain meminta maaf, mereka juga mengklarifikasi soal adanya kabar bahwa mereka diusir dari lokasi KKN.

"Kami tidak diusir oleh pemerintahan kelurahan maupun masyarakat Bungus, Teluk Kabung. Kepulangan kami berasal dari permintaan kami sendiri dengan didampingi oleh Bhabinkamtibmas. Semoga dengan kejadian ini menjadi pembelajaran bagi kami untuk kedepannya," jelasnya.

Baca selengkapnya: Mahasiswa KKN UNP Minta Maaf Lewat Video di Medsos, Mengaku Tidak Diusir Warga

4. Pandangan sosiolog soal kasus inses di Banyumas

R (57) tersangka pembunuhan tujuh bayi hasil inses dengan anaknya saat pers rilis di Mapolresta Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (27/6/2023).FADLAN MUKHTAR ZAIN R (57) tersangka pembunuhan tujuh bayi hasil inses dengan anaknya saat pers rilis di Mapolresta Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (27/6/2023).

Kasus inses atau hubungan sedarah antara ayah dan anak di Kabupaten Banyumas, Jateng, menyedot perhatian.

Ternyata pernah terjadi kasus serupa di Banyumas. Menurut catatan sosiolog Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Triwuryaningsih, paling tidak ada empat kasus yang pernah ditanganinya.

Triwur berpandangan, inses terjadi karena korban berada dalam posisi lemah. Kebanyakan korban tak berdaya untuk melawan karena mereka diancam atau diberi rayu-rayu oleh pelaku.

"Inses pada awalnya bukan hubungan suka sama suka, pasti karena dalam kondisi tak berdaya, entah bujuk rayu atau ancaman. Sayangnya lagi, masyarakat tidak peka," terang mantan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Penanganan dan Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak (PPT-PKBGA) Kabupaten Banyumas ini.

Dalam beberapa kasus yang ditangani Triwur, inses bisa berlangsung bertahun-tahun karena rendahnya kepedulian warga terhadap kondisi sosial di sekitarnya.

Baca selengkapnya: Kasus Inses Ayah dan Anak Bukan Pertama Kali di Banyumas, Ini Pemicunya

5. Kecelakaan maut di Kendal, 4 orang tewas

Ilustrasi kecelakaan, ilustrasi tabrakanSHUTTERSTOCK Ilustrasi kecelakaan, ilustrasi tabrakan

Sebanyak empat orang tewas dalam kecelakaan di Jalan Tentara Pelajar, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jateng, Kamis sekitar pukul 09.30 WIB.

Insiden maut ini melibatkan truk boks bernomor polisi H 1395 SW dengan tiga sepeda motor.

Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas) Kepolisian Resor (Polres) Kendal AKP Rizky Widyo Pratomo menuturkan, truk boks mulanya melaju dari arah timur menuju barat atau dari Kendal menuju Patebon. Waktu itu, truk berada di lajur kiri.

Menurut pengakuan sopir truk, seorang pengendara sepeda motor di depannya tiba-tiba berbelok ke kanan. Pengemudi itu lantas membanting setir ke kanan untuk mendahului. Namun, di saat bersamaan, melaju tiga sepeda motor milik korban dari arah Petebon.

Diduga karena jarak terlalu dekat, tabrakan tak bisa terhindarkan.

"Ini, hasil olah TKP belum disimpulkan, karena masih proses keterangan saksi-saksi yang lengkap," bebernya.

Baca selengkapnya: Kecelakaan Maut Truk Tabrak Tiga Motor di Kendal, 4 Orang Tewas

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Blora, Aria Rusta Yuli Pradana; Kontributor Semarang, Titis Anis Fauziyah; Kontributor Padang, Perdana Putra; Kontributor Banyumas, Fadlan Mukhtar Zain; Kontributor Kendal, Slamet Priyatin | Editor: Dita Angga Rusiana, Michael Hangga Wismabrata, Gloria Setyvani Putri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Regional
Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata PGSI

Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata PGSI

Regional
Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Regional
Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Regional
Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Regional
Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Regional
Saat Angka Kasus Stunting di Kendal Naik 4,9 Persen...

Saat Angka Kasus Stunting di Kendal Naik 4,9 Persen...

Regional
MK Tolak Permohonan PHPU, KPU Banyumas Segera Tetapkan Caleg Terpilih

MK Tolak Permohonan PHPU, KPU Banyumas Segera Tetapkan Caleg Terpilih

Regional
16 Pekerja Migran Nonprosedural di Batam Berenang dari Tengah Laut

16 Pekerja Migran Nonprosedural di Batam Berenang dari Tengah Laut

Regional
Pimpinan Ponpes di Inhu Cabuli 8 Siswanya

Pimpinan Ponpes di Inhu Cabuli 8 Siswanya

Regional
'Long Weekend', Daop 5 Purwokerto Tambah Tempat Duduk KA Tujuan Jakarta dan Jember

"Long Weekend", Daop 5 Purwokerto Tambah Tempat Duduk KA Tujuan Jakarta dan Jember

Regional
Rem Blong, Truk Trailer Tabrak Motor di Magelang, 1 Orang Tewas

Rem Blong, Truk Trailer Tabrak Motor di Magelang, 1 Orang Tewas

Regional
Pengakuan Kurir Sabu yang Ditangkap di Magelang: Ingin Berhenti, tapi Berutang dengan Bandar

Pengakuan Kurir Sabu yang Ditangkap di Magelang: Ingin Berhenti, tapi Berutang dengan Bandar

Regional
Jadi Tersangka Kasus Korupsi Dana Internet Desa, Mantan Wabup Flores Timur Ajukan Praperadilan

Jadi Tersangka Kasus Korupsi Dana Internet Desa, Mantan Wabup Flores Timur Ajukan Praperadilan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com