Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen Unram Minta Komnas HAM Selidiki Dugaan Sikap Represif Satpam Saat Demo Mahasiswa

Kompas.com - 23/06/2023, 17:18 WIB
Idham Khalid,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com- Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Mataram (Unram) Widodo Dwi Putro mempertanyakan sikap satpam kampus yang diduga melakukan tindakan represif saat aksi demonstrasi mahasiswa, pada Selasa (20/6/2023).

"Kebebasan berpendapat, dan berbeda pendapat itu biasa di kampus, seharusnya dihadapi dengan dialog, bukan dengan cara-cara kekerasan," kata Widodo sapaan akrab dosen yang mengajar Filsafat Hukum itu, Jumat (23/6/2023).

Baca juga: Demonstrasi di Unram Berakhir Ricuh, 1 Mahasiswa Dilarikan ke RS

Menurut Widodo yang juga merupakan alumni Unram, menilai aksi brutal yang dilakukan oleh pihak satpam ketika demonstrasi, merupakan aksi kekerasan terparah sepanjang masa Unram berdiri.

"Bahkan ini menurut saya, sejarah terkelam sejarah terburuk, bahkan jika dibandingkan ketika saya masih jadi mahasiswa di Orde Baru, belum pernah ada cara-cara sebrutal ini di Universitas Mataram. Saya juga angkatan 90 dan aktif di gerakan mahasiswa, ini sejarah terkelam," kata Widodo.

Baca juga: Mahasiswa dan Dosen Unram Kembali Demo di Mapolda NTB Terkait Penanganan Dugaan Pelecehan 10 Mahasiswi

Atas peristiwa ini, Widodo menyarankan agar pihak kepolisian melakukan tindakan inisiatif untuk memeriksa para oknum yang diduga terlibat dalam aksi kekerasan.

"Seharusnya pertama polisi mengambil inisiatif memeriksa karena ini bukan delik aduan, apakah di sana ada unsur pidana atau tidak?" kata Widodo.

Selain itu, Widodo meminta agar Komisi Nasional Hak dan Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk turun memeriksa dugaan pelanggaran HAM yang terjadi pada saat aksi.

"Kemudian Komnas HAM Juga perlu memeriksa karena kebebasan berpendapat dan berekspresi itu dijamin oleh konstitusi, itu bagian HAM, apalagi itu terjadi di kampus. Apakah kekerasan yang membungkam pikiran kritis itu yang disampaikan mahasiswa melanggar HAM?" kata Widodo.

Widodo juga meminta agar Ombudsman memanggil pejabat kampus untuk memberikan klarifikasi atas insiden dugaan kekerasan yang dialami mahasiswa saat demo.

"Seharusnya Ombudsman mengklarifikasi memanggil pejabat kampus yang bertanggung jawab, mengklarifikasi apakah ada kesalahan administrasi dalam penanganan aksi demo," kata Widodo.

Sementara itu pihak kampus Unram melalui Kasubag Humas Zainal Abidin enggan berkomentar tentang dugaan aksi kekerasan saat demo tersebut.

"Mohon maaf, saat aksi saya sedang tidak di lokasi," kata Zainal melalui pesan singkat.

Baca juga: Buntut Kasus Pelecehan yang Tak Naik Penyidikan, Ratusan Mahasiswa Unram Gelar Aksi di Mapolda NTB

Sebelumnya, ratusan mahasiswa berdemonstrasi di depan gedung Rektorat Universitas Negeri Mataram (Unram), Selasa (20/6/2023).

Demonstrasi tersebut berujung kericuhan dan bentrok antara mahasiswa dengan satpam kampus.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unram Martoni Ira Malik mengungkapkan, aksi ricuh tersebut bermula saat rekannya mencoba masuk ke halaman gedung Rektorat Unram melalui gerbang, namun saat itu rekan-rekannya diadang oleh satpam.

"Kita aksi itu sekitar pukul 10.30 Wita. Kita posisinya di depan gerbang. Saat kita mau masuk di halaman rektorat satpam tidak mengizinkan kami untuk menyampaikan orasi di halaman Rektorat, kita diadang menggunakan pentungan sehingga terjadi bentrok," kata Martoni melalui sambungan telepon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dimassa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dimassa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com