"Kini setelah dikelola menjadi lahan persawahan untuk padi, maka karhutla bisa kita cegah, ekonomi mereka pun perlahan pulih," pungkas Ayu.
Dengan adanya program Demfarm Budidaya Tanaman Padi di Lahan Gambut Pasang Surut, masyarakat Desa Talio Hulu merasa sangat terbantu.
Jemino, salah satu warga Desa Talio Hulu mengatakan, dahulu sawah yang dikelolanya tidak produktif. Bahkan cenderung menjadi lahan tidur.
Karena tidak produktif ditambah sering menjadi langganan karhutla, masyarakat Desa Talio Hulu sebagian memilih merantau untuk membantu ekonomi keluarga.
"Masuknya BRGM kami merasa sangat terbantu. Dulu lahan ini masih tidur, padahal di sini mengandalkan pertanian, jadi masyarakatnya banyak merantau," ujar Jemino.
Baca juga: Pentingnya Lahan Gambut untuk Mitigasi Perubahan Iklim dan Keanekaragaman Hayati
Jemino menceritakan, sejak program Demfarm Budidaya Tanaman Padi di Lahan Gambut Pasang Surut, masyarakat Desa Talio Hulu tak lagi bingung mengelola sawah miliknya.
"Saat ini, dalam setahun, petani Desa Talio Hulu mampu dua kali panen dan menghasilkan padi lahan gambut 2 ton setiap hektarnya," bebernya.
Jemino yang juga sebagai Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Gambut Berseri Desa Talio Hulu menambahkan, saat ini sudah terdapat 8 Gapoktan dari sebelumnya hanya 6.
Delapan Gapoktan tersebut kini mengelola 100 hektar lebih sawah lahan gambut.
"Kami optimis lahan gambut yang kami kelola bisa terus produktif menghasilkan padi lahan gambut berkualitas," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.