Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trias Kuncahyono
Wartawan dan Penulis Buku

Trias Kuncahyono, lahir di Yogyakarta, 1958, wartawan Kompas 1988-2018, nulis sejumlah buku antara lain Jerusalem, Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir; Turki, Revolusi Tak Pernah Henti; Tahrir Square, Jantung Revolusi Mesir; Kredensial, Kearifan di Masa Pagebluk; dan Pilgrim.

Menanti Terang Bulan

Kompas.com - 16/06/2023, 08:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Frans Kaiseipo lah--gubernur keempat Papua dan pahlawan nasional--yang pertama kali memerkenalkan nama "Irian" untuk menggantikan Nederlands Nieuw Guinea atau Papua. Irian adalah bahasa asli Biak yang berarti "cahaya yang mengusir kegelapan."

Papua--diambil dari bahasa Tidore, "papo au" yang berarti tempat yang jauh--laksana "Putra Sang Fajar" (sebutan untuk Bung Karno). Sebab, Papua adalah wilayah di negeri ini yang pertama setiap hari melihat matahari. Dari sanalah matahari terbit.

Semestinya, seperti harapan Frans Kaiseipo sesuai arti kata "Irian", kegelapan itu diusir dari sana tempat di mana matahari terbit.

Bukankah kegelapan hilang ketika cahaya datang? Tetapi, memang, harapan Frans Kaiseipo belum sepenuhnya terwujud.

Cahaya memang telah datang. Tapi, kegelapan belum hilang. Seperti lampu yang dikerudungi walaupun menyala namun cahayanya tak menembus kegelapan. Lampu baru berarti kalau terangnya mampu mengusir kegelapan.

Kegelapan tak bisa mengusir kegelapan, hanya cahaya-lah yang bisa melakukannya. Memang, sebelum bisa melihat cahaya, harus melewati kegelapan. Hanya persoalannya, sampai kapan kuasa kegelapan itu mencengkeram "surga kecil?"

Mereka yang optimistis melihat dan menciptakan cahaya dalam kegelapan. Sebab mereka tahu bahwa seluruh sejarah manusia sarat dengan perjuangan sengit melawan kekuatan kegelapan. Tapi, manusia selalu bisa keluar dari kegelapan.

Mereka yang optimistis juga melihat kegelapan bukan ancaman, hanya peluang untuk menghidupkan cahaya. Dengan itu, akan lahir harapan. Dan, harapan mampu melihat bahwa ada seberkas cahaya di balik pekatnya kegelapan.

Sementara, mereka yang pesimistis malah berusaha mematikan kerlipnya cahaya!

*
Kunjungan kami ke beberapa wilayah di Papua, seperti Agats dan bahkan daerah-daerah pinggiran Jayapura, seperti Muara Tami, merasakan "cahaya matahari", "terang lampu" itu belum sepenuhnya mampu mengusir "kegelapan."

Tetapi, walau demikian, masyarakat di Agats, di Biak, misalnya, tidak kehabisan harapan. Mereka melihat bahwa hari esok akan terang.

Kata Uskup Agung Desmond Tutu (1931-2021), harapan adalah kemampuan untuk melihat bahwa ada cahaya meskipun semua dalam kegelapan.

Akhir 2022, misalnya, terdapat dua peristiwa penting di Papua, yakni pembentukan sejumlah provinsi baru yang diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan inisiasi jeda kemanusiaan untuk mengurangi eskalasi kekerasan akibat konflik bersenjata di wilayah tersebut.

Harus diakui, selama beberapa tahun terakhir, usaha pemerintah tak kurang-kurang, dalam segala macam bentuk.

Pembangunan infrastruktur terus digenjot untuk membuka Papua. Pemerataan dan keadilan dicoba untuk diwujudkan, misalnya, diberlakukannya Kebijakan BBM satu harga ini mulai berlaku sejak 1 Januari 2017.

Kebijakan BBM Satu Harga, dilaksanakan agar masyarakat di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di luar Jawa dapat menikmati harga BBM yang sama dengan di pulau Jawa.

Dengan demikian, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud sehingga memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah.

Misalnya, per 1 Mei 2023, harga Pertalite di Papua dan Papua Barat Rp 10.000/liter. Ini sama dengan harga Pertalite di Jabodetabek.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com