Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Sakit di Wilayah Papua Nyaris Lumpuh, Ada Kelangkaan Obat hingga Bahan Medis

Kompas.com - 10/06/2023, 15:55 WIB
Rachmawati

Editor

“Dia pasien perempuan dengan kehamilan ektopik [di luar rahim] dan mengalami pendarahan aktif. Lalu dirujuk karena tidak ada alat, ke Kota Sorong, untung dia selamat. Tapi ada juga yang meninggal dalam keadaan dirujuk,” katanya.

Pasien kedua itu, katanya, tidak bisa dioperasi karena RS kehabisaan Endotracheal Tube (ETT), alat yang digunakan untuk menjamin saluran napas tetap bebas. “Kemudian saat dirujuk, dalam perjalanan, ambulan tabrakan karena supirnya mabuk,” katanya.

Selain itu, tambahnya, seorang pasien serangan jantung kembali harus dirujuk karena RSUD Scholoo Keyen tidak memiliki obat dan spuit (alat suntik) sekali pakai.

Bahkan di kasus lain, seorang bayi prematur mengalami desaturasi hingga apneu (gagal nafas) dikarenakan listrik RS padam dan genset rusak.

Sumber itu mencatat, dalam lima bulan terakhir di tahun 2023, kasus-kasus itu adalah beberapa contoh dari 105 kondisi potensial cedera (KCP) yang 53% di diantaranya mengarah ke kematian (KCPS), di mana kelangkaan obat dan BMHP menjadi penyebab tertinggi.

Tahun sebelumnya, jumlah KPC berjumlah 178 kasus, dengan nol KTD dan satu kasus sentinel.

Baca juga: Geledah Rumah Tersangka Korupsi Dana Hibah KONI Papua Barat, Polisi Sita Aset dan Dokumen

"Mengunci" obat dan gaji pegawai belum dibayar

Sumber BBC News Indonesia menjelaskan, kelangkaan tersebut terjadi karena banyak pedagang besar farmasi (PBF) di Kota Sorong telah ‘mengunci’ atau menghentikan pasokan obat akibat besarnya utang ‘turun temurun’ RSUD Scholoo Keyen itu ke para vendor.

“Contoh, ada obat yang hanya dikeluarkan oleh satu PBF, sementara utang RS ke PBF itu besar sekali sehingga sudah dikunci. Permintaan akan dilayani kalau sudah bayar. Saat cari ke yang lain, harga jadi mahal dan stok terbatas,” katanya.

Di sisi lain, sumber itu mengatakan, pada tahun 2023, RSUD Scholoo Keyen mendapatkan anggaran untuk obat dan BMHP mencapai lebih dari Rp3 miliar.

“Dari dana Otsus Rp 800 juta, DAU Rp1,5 miliar dan Rp515 juta dari DAU untuk reagen. Kemana itu uangnya?” katanya.

Baca juga: Aksi Hacker Lulusan SMP Asal Lumajang, Retas Situs Web Pemkab Malang sampai Pemprov Papua Barat

Selain masalah itu, gaji pegawai kontrak dan insentif pelayanan bagi pegawai negeri sipil RSUD Scholoo Keyen juga belum dibayarkan.

“Gaji Januari, Februari baru dibayar 4 April setelah pertengahan Maret ada aksi protes. Lalu gaji Maret dibayar pada 30 Mei setelah pekan lalu kembali protes. Kini gaji April dan Mei belum dibayar sampai saat ini.”

“Gaji yang tidak dibayar ini menyebabkan pegawai kontrak yang tinggal di luar RS banyak yang terancam diusir dari kontrakan,” kata sumber itu.

Dia menyebutkan, RSUD Scholoo Keyen memiliki sekitar 398 pegawai, terdiri dari 10 dokter umum, dua dokter gigi umum, satu dokter gigi spesialis, 12 dokter spesialis, dan sekitar 200 perawat hingga pegawai kontrak.

Selain itu, katanya, RSUD itu masuk dalam kelas C yang memiliki tempat tidur minimal 104 ranjang, namun karena banyak yang rusak maka jumlah yang tersedia sekitar 73.

Sementara dari survei pelayanan rumah sakit bulan lalu, sumber itu mengatakan, terdapat 53% pasien yang merasa pelayanan RSUD itu tidak baik.

Baca juga: Polda Papua Barat Akan Jemput Paksa 5 Saksi Kasus Pemalsuan Dokumen CPNS

Terkendala dukungan biaya

Direktur RSUD Scholoo Keyen, drg. Muhammad Alim Ihsan PPaul via BBC Indonesia Direktur RSUD Scholoo Keyen, drg. Muhammad Alim Ihsan P
Direktur RSUD Scholoo Keyen, drg. Muhammad Alim Ihsan P, mengakui bahwa RSUD di bawah pimpinannya sering mengalami kelangkaan obat dan kekurangan BMHP. Masalah itu, tambah Ihsan, yang menjadi dasar seringkali pasien terpaksa dirujuk ke RS lain.

Penyebabnya, katanya, karena beberapa perusahaan farmasi masih ‘mengunci’ pasokan RSUD Scholoo hingga utang-utang sebelumnya yang masih ada dibayar.

“Tentu problem ini sudah kita sampaikan ke pemda, tentu pemda terus mengupayakan upaya terbaik supaya bagaimana RS bisa menyelesaikan itu,” kata Ihsan kepada Paul, wartawan di Sorong Selatan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Ihsan mengatakan, untuk bulan Juni ini, rumah sakit kembali belum bisa mengajukan permintaan obat karena kendala dukungan biaya, ditambah ada beberapa bagian dari gedung RSUD yang perlu diperbaiki.

Baca juga: Terbanyak di Sorong, Alokasi Bantuan Bedah Rumah di Papua Barat

“Itu kita prioritaskan untuk selesai dulu, sambil manajemen berupaya bagaimana supaya problem bahan medis habis pakai dan obat-obatan bisa segera tertangani dengan baik... Tentu kita harus sadar diri. Kalau kita siap misalnya ditelanjangi dengan kondisi seperti ini, boleh-boleh saja,” kata Ihsan.

Ihsan pun berharap agar Pemkab Sorong Selatan mengerti kebutuhan rumah sakit seperti apa.

“Kalau mengerti berarti harus disediakan. RS butuh dokter spesialis, lalu dokter spesialis itu bekerja dengan apa. Tentu harus ditunjang oleh alat yang memadai dan kemudian bahan-bahan yang tidak pernah kurang, kebutuhan itu harus tercukupi,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bawa Bendara RMS Saat Nobar Timnas di Ambon, Anak di Bawah Umur Diamankan

Bawa Bendara RMS Saat Nobar Timnas di Ambon, Anak di Bawah Umur Diamankan

Regional
Cerita Bripka Leonardo, Polisi yang Ubah Mobil Pribadi Jadi Ambulans Gratis

Cerita Bripka Leonardo, Polisi yang Ubah Mobil Pribadi Jadi Ambulans Gratis

Regional
Kisah Relawan Tagana di Banten, Minim Fasilitas, Sering Pakai Uang Pribadi untuk Tugas

Kisah Relawan Tagana di Banten, Minim Fasilitas, Sering Pakai Uang Pribadi untuk Tugas

Regional
Soal Mutilasi di Ciamis, Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa Berpotensi Melakukan Tindak Kejahatan?

Soal Mutilasi di Ciamis, Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa Berpotensi Melakukan Tindak Kejahatan?

Regional
Sempat Laporkan Mahasiswanya ke Polisi, Rektor Unri: Tak Ada Maksud Mengkriminalisasi

Sempat Laporkan Mahasiswanya ke Polisi, Rektor Unri: Tak Ada Maksud Mengkriminalisasi

Regional
Punya 2 Profesi, Lurah di Prabumulih Jadi Bidan Diduga Malapraktik hingga Pasien Meninggal

Punya 2 Profesi, Lurah di Prabumulih Jadi Bidan Diduga Malapraktik hingga Pasien Meninggal

Regional
Tak Punya Bandara Internasional, Iklim Investasi di Jawa Tengah Dikhawatirkan Terganggu

Tak Punya Bandara Internasional, Iklim Investasi di Jawa Tengah Dikhawatirkan Terganggu

Regional
Bandara Lombok Siap Layani Pemberangkatan 13 Kloter Jemaah Haji 2024

Bandara Lombok Siap Layani Pemberangkatan 13 Kloter Jemaah Haji 2024

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
Ibu di Riau Beri Racun Tikus ke Anak Tirinya gara-gara Sakit Hati Pada Ayah Korban

Ibu di Riau Beri Racun Tikus ke Anak Tirinya gara-gara Sakit Hati Pada Ayah Korban

Regional
Rektor Unsa Maju Pilkada 2024 Lewat Partai Gerinda, Sosok Perempuan Pertama

Rektor Unsa Maju Pilkada 2024 Lewat Partai Gerinda, Sosok Perempuan Pertama

Regional
Di Balik Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Salah Satunya Kendala Bahan Baku Impor

Di Balik Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Salah Satunya Kendala Bahan Baku Impor

Regional
Update Kasus Penemuan Mayat di Indekos Cirebon, Korban Berlumuran Darah dan Sempat Disembunyikan di Dalam Lemari Baju

Update Kasus Penemuan Mayat di Indekos Cirebon, Korban Berlumuran Darah dan Sempat Disembunyikan di Dalam Lemari Baju

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com