HARI Laut Sedunia atau World Oceans Day kembali diperingati pada 8 Juni 2023, mengingatkan setiap orang tentang peran utama lautan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan peringatan Hari Laut Sedunia adalah untuk menginformasikan kepada publik atau masyarakat tentang dampak tindakan manusia terhadap lautan.
Selain itu untuk mengembangkan gerakan warga dunia untuk lautan dan mobilisasi serta menyatukan populasi dunia dalam proyek untuk pengelolaan lautan dunia yang berkelanjutan.
Seperti dilansir un.org, tema Hari Laut Sedunia 2023 yang diusung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah "Planet Ocean: Tides are Changing" atau "Planet Samudera: Pasang Surut Berubah".
Sementara unworldoceansday.org menyebut Hari Laut pertama kali dideklarasikan pada acara paralel di Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (UNCED) di Rio de Janeiro, Brazil 8 Juni 1992.
Sebagai negara maritim, tentu saja peringatan Hari Laut Sedunia penting, apalagi bagi kepulauan Maluku (Maluku dan Maluku Utara) yang luas lautnya meliputi lebih dari 20 persen wilayah laut Indonesia.
Laut bagi masyarakat kepulauan Maluku ibarat halaman luas yang membentang. Karunia Tuhan yang wajib disyukuri dan dijaga kelestariannya, bukan hanya untuk kepentingan hari ini, tapi untuk generasi nanti.
Sayangnya dewasa ini, sejumlah aktivitas dan perilaku masyarakat, termasuk industri, kapal laut (transportasi dan perikanan) telah memberi dampak pada rusaknya ekosistem dan kelestarian laut.
Kita akan dengan mudah menyaksikan masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir pantai, saban hari tanpa rasa bersalah membuang sampah ke laut.
Sampah-sampah itu sebagian tenggelam dan tersangkut di karang, merusak dan mengotori dasar laut. Ada pula yang hingga dimakan ikan.
Seperti diberitakan Kompas.id (3/30/2021), sampah plastik berukuran 18 cm ditemukan di dalam perut Ikan Cakalang yang ditangkap nelayan di Laut Banda, fenomena yang tentu saja mengkhawatirkan.
Beberapa waktu lalu juga pernah viral di media sosial, ABK yang kedapatan membuang sampah dari kapal ke laut bebas di perairan Maluku. Fenomena ini ditengarai kerap terjadi dan dianggap lumrah.
Intensitas terbuangnya sampah ke laut, menjadikan laut dan pantai yang sebelumnya indah terlihat kotor, sementara sampah yang mengapung kerap mengganggu jalur transportasi laut.
Sekarang ini bila bepergian dengan speedboat atau perahu kecil dengan mesin tempel, transportasi yang umum digunakan antarpulau dalam gugusan pulau di kepulauan Maluku sering mengalami mati mesin karena baling-baling penggeraknya terlilit sampah.
Menjadi pertanda bahwa sampah di sejumlah titik di laut kepulauan Maluku sudah dalam sebaran dan volume yang merisaukan. Padahal sampah-sampah yang dibuang ke laut butuh waktu sangat lama untuk diurai secara alami oleh alam.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.