Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kabupaten Cilacap yang Namanya Bukan Berasal dari Bahasa Sunda

Kompas.com - 04/06/2023, 20:46 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

Saat Belanda menguasai wilayah ini, tepatnya dua bulan setelah Residen Launy bertugas, dibentuk Onder Afdeling Cilacap dengan besluit Gubernur Jenderal D.De Erens pada tanggal 17 Juli 1839.

Kemudian pada 27 Juni 1841 dikeluarkan Besluit Nomor 10 yang menetapkan “Patenschaft” Dayeuhluhur dipisahkan dari Kabupaten Banyumas dan dijadikan satu afdeling tersendiri yaitu afdeling Cilacap dengan ibu kota Cilacap.

Pembentukan afdeling ini mengurangi daerah kekuasaan Bupati Purwokerto dan Banyumas dengan Patenschap Dayeuhluhur dan Distrik Adiraja.

Adapun batas Distrik Adiraja yang bersama pattenschap Dayeuhluhur membentuk Onder Regentschap Cilacap tertuang pada rencana Residen Banyumas De Sturier tertanggal 31 Maret 1831.

Namun dari batas-batas yang ditentukan, diketahui luas kawasan Onder Regentschap Cilacap masih lebih besar dari luas Kabupaten Cilacap sekarang.

Residen Banyumas ke-9 Van de Moore kemudian mengajukan usul pembentukan Kabupaten Cilacap kepada Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 3 Oktober 1855.

Sesuai surat rahasia Menteri Kolonial Pemerintah Hindia Belanda dengan besluit Gubernur Jenderal tanggal 21 Maret 1856 Nomor 21, maka Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi Regentschap atau Kabupaten Cilacap.

Sesuai sejarah tersebut maka 21 Maret 1856 dijadikan hari lahir Kabupaten Cilacap yang diperingati setiap tahun.

Asal Usul Nama Cilacap

Wilayah Cilacap menjadi batas langsung antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, sehingga memiliki percampuran budaya Jawa Banyumasan dengan budaya Sunda (Priangan Timur).

Namun asal-usul nama Cilacap bukanlah berasal dari bahasa Sunda, yaitu penggabungan kata "Ci" dan "Lacap" seperti yang disebut banyak orang.

Dilansir dari laman Kompas.com, asal nama Cilacap memiliki hubungannya dengan mata bajak, yang merupakan bentuk dari ujung lekukan pantai teluk.

Menurut Sumber Babad, di masa lalu Raden Bei Tjakrawedana (anak Tumenggung Tjakrawedana I, Bupati Kasepuhan Banyumas) diutus membuka hutan untuk dijadikan pemukiman ke daerah selatan.

Rombongan Raden Bei ini kemudian berhenti di ujung lekukan pantai teluk yang bentuknya mirip mata bajak, atau dalam bahasa Jawa disebut wluku, yang disebut cacab atau tlacap.

Begitu juga menurut Mr. W. de Wolff van Westerrode, Asisten Residen Purwokerto (1896-1900) yang membuat resensi buku karangan Veth berjudul Java, Geographisch, Ethnologisch, Historich, 3 Jilid, terbit tahun 1875-1882 dalam majalah Ilmu Bumi di Negeri Belanda, mencatat bahwa penulisan Cilacap seringkali disalahtafsirkan sebagai kata yang berasal dari bahasa Sunda.

Adanya perubahan ucapan (metathesis) kata Tlacap berubah menjadi Cilacap yang artinya sudut atau titik lancip (Scherpe hoek of punt) yang muncul karena ada perbedaan persepsi orang Belanda.

Sementara di Tanah Kerajaan, kata Tlacap digunakan untuk titik–titik yang dikenal pada patrun beberapa stasi payung dan "kepala" kain batik dan sarung.

Sumber:

cilacapkab.go.idhumas.cilacapkab.go.id, dan kompas.com (Gloria Setyvani PutriPuspasari Setyaningrum)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebar Hoaks Soal Peredaran Beras Plastik di Media Sosial, Pria di Kalsel Ditangkap

Sebar Hoaks Soal Peredaran Beras Plastik di Media Sosial, Pria di Kalsel Ditangkap

Regional
Soal Pengantin Perempuan Ternyata Lelaki, Sekda Halsel Sempat Panggil Kades

Soal Pengantin Perempuan Ternyata Lelaki, Sekda Halsel Sempat Panggil Kades

Regional
[POPULER NUSANTARA] Cerita Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD | Wanita Tampar Polisi di Makassar Ditahan

[POPULER NUSANTARA] Cerita Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD | Wanita Tampar Polisi di Makassar Ditahan

Regional
3 Kurir Bawa 3 Kg Sabu Ditangkap di Semarang, Diminta Kirim Narkoba dari Medsos

3 Kurir Bawa 3 Kg Sabu Ditangkap di Semarang, Diminta Kirim Narkoba dari Medsos

Regional
Saat Markas OPM di Maybrat Dikuasai TNI, Sempat Terjadi Baku Tembak

Saat Markas OPM di Maybrat Dikuasai TNI, Sempat Terjadi Baku Tembak

Regional
Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada ke PSI, Sekda Kota Semarang Ungkap Alasannya

Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada ke PSI, Sekda Kota Semarang Ungkap Alasannya

Regional
Umat Buddha di Candi Borobudur Lantunkan Doa Perdamaian Dunia, Termasuk untuk Palestina

Umat Buddha di Candi Borobudur Lantunkan Doa Perdamaian Dunia, Termasuk untuk Palestina

Regional
Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Regional
Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Regional
Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Regional
Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Regional
Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Kilas Daerah
Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Regional
Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Regional
Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com