Salin Artikel

Sejarah Kabupaten Cilacap yang Namanya Bukan Berasal dari Bahasa Sunda

KOMPAS.com - Kabupaten Cilacap merupakan sebuah kabupaten di pesisir selatan dari wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Menjadi kabupaten terluas di Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap memiliki luas wilayah 2.252 kilometer persegi, dengan luas wilayah yang terbagi menjadi 24 Kecamatan 269 desa dan 15 Kelurahan.

Cilacap juga memiliki pelabuhan nasional Tanjung Intan yang merupakan satu-satunya pelabuhan di pantai selatan Pulau Jawa yang berstatus sebagai Pelabuhan Yang Diusahakan di bawah pengelolaan Pelindo III.

Ada pula kilang minyak Pertamina Cilacap, salah satu kilang minyak terbesar di Indonesia dengan kapasitas 348.000 barel minyak per hari.

Selain itu, terdapat beberapa wisata sejarah di Kabupaten Cilacap seperti Benteng Pendem yang memiliki nama asli Kustbatterij Op De Lantong Te Tjilatjap yang didirikan pada masa penjajahan Belanda.

Sejarah Kabupaten Cilacap

Dilansir dari laman Pemerintah Kabupaten Cilacap, sejarah Kabupaten Cilacap terbagi dalam beberapa fase, yaitu pada masa berdirinya kerajaan di Pulau Jawa serta pada masa penjajahan Belanda.

1. Masa Berdirinya Kerajaan di Pulau Jawa

Sejarah Cilacap berawal dari zaman berdirinya kerajaan di Pulau Jawa.

Salah satunya pada akhir zaman Kerajaan Majapahit (1294-1478), terdapat beberapa daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap yang terbagi dalam wilayah-wilayah Kerajaan Majapahit, Adipati Pasir Luhur dan Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Cikal-bakal Kabupaten Cilacap yang wilayahnya membentang dari timur ke arah barat, antara lain wilayah Ki Gede Ayah dan wilayah Ki Ageng Donan dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit, wilayah Kerajaan Nusakambangan dan wilayah Adipati Pasir Luhur, dan wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Selanjutnya, menurut Husein Djayadiningrat, setelah diserang oleh Kerajaan Islam Banten dan Cirebon, Kerajaan Hindu Pakuan Pajajaran jatuh pada tahun 1579, sehingga bagian timur diserahkan kepada Kerajaan Cirebon.

Oleh karena itu seluruh wilayah cikal-bakal Kabupaten Cilacap di sebelah timur berada dibawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang dan sebelah barat diserahkan kepada Kerajaan Cirebon.

Setelah Kerajaan Pajang dikalahkan oleh Kerajaan Mataram Islam, maka daerah cikal bakal Kabupaten Cilacap yang semula di bawah kekuasaan Kerajaan Pajang diserahkan kepada Kerajaan Mataram Islam.

Pada tahun 1595 Kerajaan Mataram Islam mengadakan ekspansi ke Kabupaten Galuh yang berada di wilayah Kerajaan Cirebon.

2. Masa Penjajahan Belanda

Menurut catatan harian Kompeni Belanda di Benteng Batavia, tanggal 21 Februari 1682 diterima surat yang berisi terjemahan perjalanan darat dari Citarum, sebelah utara Karawang ke Bagelen.

Nama-nama daerah yang dilalui dalam daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap adalah Dayeuhluhur dan Limbangan.

Saat Belanda menguasai wilayah ini, tepatnya dua bulan setelah Residen Launy bertugas, dibentuk Onder Afdeling Cilacap dengan besluit Gubernur Jenderal D.De Erens pada tanggal 17 Juli 1839.

Kemudian pada 27 Juni 1841 dikeluarkan Besluit Nomor 10 yang menetapkan “Patenschaft” Dayeuhluhur dipisahkan dari Kabupaten Banyumas dan dijadikan satu afdeling tersendiri yaitu afdeling Cilacap dengan ibu kota Cilacap.

Pembentukan afdeling ini mengurangi daerah kekuasaan Bupati Purwokerto dan Banyumas dengan Patenschap Dayeuhluhur dan Distrik Adiraja.

Adapun batas Distrik Adiraja yang bersama pattenschap Dayeuhluhur membentuk Onder Regentschap Cilacap tertuang pada rencana Residen Banyumas De Sturier tertanggal 31 Maret 1831.

Namun dari batas-batas yang ditentukan, diketahui luas kawasan Onder Regentschap Cilacap masih lebih besar dari luas Kabupaten Cilacap sekarang.

Residen Banyumas ke-9 Van de Moore kemudian mengajukan usul pembentukan Kabupaten Cilacap kepada Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 3 Oktober 1855.

Sesuai surat rahasia Menteri Kolonial Pemerintah Hindia Belanda dengan besluit Gubernur Jenderal tanggal 21 Maret 1856 Nomor 21, maka Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi Regentschap atau Kabupaten Cilacap.

Sesuai sejarah tersebut maka 21 Maret 1856 dijadikan hari lahir Kabupaten Cilacap yang diperingati setiap tahun.

Asal Usul Nama Cilacap

Wilayah Cilacap menjadi batas langsung antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, sehingga memiliki percampuran budaya Jawa Banyumasan dengan budaya Sunda (Priangan Timur).

Namun asal-usul nama Cilacap bukanlah berasal dari bahasa Sunda, yaitu penggabungan kata "Ci" dan "Lacap" seperti yang disebut banyak orang.

Dilansir dari laman Kompas.com, asal nama Cilacap memiliki hubungannya dengan mata bajak, yang merupakan bentuk dari ujung lekukan pantai teluk.

Menurut Sumber Babad, di masa lalu Raden Bei Tjakrawedana (anak Tumenggung Tjakrawedana I, Bupati Kasepuhan Banyumas) diutus membuka hutan untuk dijadikan pemukiman ke daerah selatan.

Rombongan Raden Bei ini kemudian berhenti di ujung lekukan pantai teluk yang bentuknya mirip mata bajak, atau dalam bahasa Jawa disebut wluku, yang disebut cacab atau tlacap.

Begitu juga menurut Mr. W. de Wolff van Westerrode, Asisten Residen Purwokerto (1896-1900) yang membuat resensi buku karangan Veth berjudul Java, Geographisch, Ethnologisch, Historich, 3 Jilid, terbit tahun 1875-1882 dalam majalah Ilmu Bumi di Negeri Belanda, mencatat bahwa penulisan Cilacap seringkali disalahtafsirkan sebagai kata yang berasal dari bahasa Sunda.

Adanya perubahan ucapan (metathesis) kata Tlacap berubah menjadi Cilacap yang artinya sudut atau titik lancip (Scherpe hoek of punt) yang muncul karena ada perbedaan persepsi orang Belanda.

Sementara di Tanah Kerajaan, kata Tlacap digunakan untuk titik–titik yang dikenal pada patrun beberapa stasi payung dan "kepala" kain batik dan sarung.

Sumber:

cilacapkab.go.id, humas.cilacapkab.go.id, dan kompas.com (Gloria Setyvani Putri, Puspasari Setyaningrum)

https://regional.kompas.com/read/2023/06/04/204639778/sejarah-kabupaten-cilacap-yang-namanya-bukan-berasal-dari-bahasa-sunda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke