Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
M. Ikhsan Tualeka
Pegiat Perubahan Sosial

Direktur Indonesian Society Network (ISN), sebelumnya adalah Koordinator Moluccas Democratization Watch (MDW) yang didirikan tahun 2006, kemudian aktif di BPP HIPMI (2011-2014), Chairman Empower Youth Indonesia (sejak 2017), Direktur Maluku Crisis Center (sejak 2018), Founder IndoEast Network (2019), Anggota Dewan Pakar Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (sejak 2019) dan Executive Committee National Olympic Academy (NOA) of Indonesia (sejak 2023). Alumni FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (2006), IVLP Amerika Serikat (2009) dan Political Communication Paramadina Graduate School (2016) berkat scholarship finalis ‘The Next Leaders’ di Metro TV (2009). Saat ini sedang menyelesaikan studi Kajian Ketahanan Nasional (Riset) Universitas Indonesia, juga aktif mengisi berbagai kegiatan seminar dan diskusi. Dapat dihubungi melalui email: ikhsan_tualeka@yahoo.com - Instagram: @ikhsan_tualeka

Menghidupkan Kembali Paradigma "Emas Biru" dan "Emas Hijau" di Maluku

Kompas.com - 09/05/2023, 09:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hal ini sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.2/2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik dan Perdirjen PB No.87/2022 tentang Pedoman Sistem Pembinaan Cara Pembesaran Ikan yang Baik.

Harapannya perikanan budidaya juga dapat dilakukan dengan optimal, termasuk pula budidaya kepiting, lobster, teripang, rumput laut, dan lainnya.

Mengingat sektor ini akan jauh lebih menguntungkan dari sisi pendapatan asli daerah bila dibandingkan dari sektor perikanan tangkap.

Karena sekalipun potensi sektor perikanan tangkap sangat besar, namun dalam realitasnya belum menguntungkan daerah penghasil, dikarenakan sistem Dana Bagi Hasil (DBH) yang sejauh ini regulasinya belum adil dan tidak proporsional.

Sebabnya jelas, dilihat dari sistem DBH perikanan, 80 persen justru dibagikan secara merata ke seluruh kabupaten dan kota di Indonesia. Padahal semestinya sebelum dibagikan ke se-Indonesia, harus diberikan persentase tersendiri ke daerah penghasil.

Dengan mengoptimalkan sektor perikanan budidaya, sembari terus mendorong adanya perubahan regulasi yang lebih adil dan proporsional terhadap sektor perikanan tangkap, tentu akan memberikan dampak signifikan bagi majunya perekonomian daerah.

Meningkatnya produksi perikanan, baik itu tangkap maupun budidaya ditunjang oleh investasi dan hilirisasi industri perikanan, akan turut menciptakan lapangan kerja, mengurangi tingkat pengangguran terbuka, meningkatkan ketahanan pangan dan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.

Begitu pula dengan emas hijau. Upaya budidaya juga dapat terus dilakukan, sebagaimana telah diinisiasi Kodam XVI Pattimura, dengan mengambil sejumlah bibit atau anakan pohon dari habitatnya untuk disemai, kemudian ditanam di berbagai lokasi, atau dibagikan ke masyarakat untuk terus dibudidayakan.

Kedepan pendekatan teknologi juga bisa dilakukan, untuk menghasilkan varietas baru yang lebih unggul dan mudah dibudidayakan.

Selanjutnya bisa digunakan dalam program reboisasi untuk menutup lahan-lahan atau hutan yang gundul akibat deforestasi.

Pastinya, hasil dari budidaya emas hijau ini, terutama untuk komoditas unggulan yang diminati oleh pasar mancanegara akan turut mengangkat taraf hidup masyarakat, apalagi bila juga ditunjang oleh hilirisasi produk oleh wirausaha lokal.

Lebih dari itu, pada ujungnya daerah akan lebih kompetitif baik itu melalui produksi perikanan dan perdagangan ikan atau hasil laut, maupun dari hasil hutan. Hal ini tentu dapat meningkatkan kesejahteraan dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Apa yang telah diinisiasi, baik itu dalam konteks penerapan atau implementasi program maupun gimmick positif oleh Doni Monardo, yang belakangan ini mulai meredup mestinya dapat dihidupkan atau dikembangkan lagi oleh para stakeholder yang ada, melalui berbagai sinergi dan kolaborasi.

Semua ini dapat terjadi bila ada visi dan kemauan yang kuat dari pemerintah di daerah, provinsi, kabupaten dan kota.

Ditunjang oleh dunia usaha lewat investasi, riset oleh lembaga pendidikan, kemudian didukung penuh oleh masyarakat dengan kemauan dan etos kerja yang kuat.

Dengan bertumpu dan mengoptimalkan emas biru dan emas hijau, serta berbagai kekayaan alam yang dimiliki, kepulauan Maluku bisa berdiri kuat, maju dan sejahtera. Tidak lagi berada di urutan buncit daerah termiskin di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com