Huler Wair adalah tradisi menyambut tamu yang dilakukan masyarakat Sikka di Flores, Nusa Tenggara Timur.
Dilansir dari kompas.com, dalam tradisi ini, satu orang tua yang berpakaian adat lengkap akan membacakan syair-syair yang dalam bahasa Sikka disebut Kleteng Latar.
Setelah syair dibacakan, tua adat ini memercikkan tamu dengan air kelapa yang dipegang oleh satu orang perempuan.
Air kelapa ini dipercikkan dengan menggunakan 2 helai daun Huler yang masih muda.
Adapun tujuan dari ritual itu adalah agar tamu yang datang terbebas dari bahaya.
Meaju adalah tradisi menyambut tamu kehormatan yang dilakukan Suku Kaili di Sulawesi Tengah.
Dilansir dari laman Kemendikbud, tujuan meaju adalah untuk mengungkapan kegembiraan atau suka cita serta menunjukkan maksud bahwa tuan rumah akan selalu siap siaga memberikan rasa aman dan damai bagi para tamu yang datang.
Peralatan dalam Meaju antara lain gimba (gendang tradisional Kaili), guma (senjata tradisional Kaili), toko (tombak tradisional Kaili), dan kaliavo (perisai).
Gimba akan ditabu oleh sepasang bule (penabu) disusul dengan suara pekikan adat (peaju) oleh 1 hingga 3 orang topeaju.
Gerakan yang dilakukan seperti tarian perang dengan mengacungkan guma,toko serta kaliavo ke hadapan para tamu kehormatan yang baru saja tiba.
Para tamu akan dipersilahkan untuk terus berjalan ke depan seiring gerak mundur topeju yang terus menari dan memekik (meaju) sampai suara gimba yang di tabu berhenti.
Umapos adalah tradisi menyambut tamu kehormatan di Gorontalo dengan mempertontonkan gerak tari perang.
Dilansir dari laman Kemendikbud, Umapos merupakan visualisasi gerak tari perang tentang keperkasaan para pendekar dari Suku Saluan yang disebut Talenga.
Lewat tarian ini pula para Talenga akan menyampaikan pesan dan rasa hormat atas kedatangan tamu yang tengah mereka sambut.
Bakar batu merupakan tradisi suku Dani di Pegunungan Tengah Papua.