Ketiadan infrastruktur yang memadai juga membuat warga kampung kesulitan untuk menjual hasil komoditi ke kota Maumere. Belum lagi jika ada warga yang sakit, mereka harus menggotong sejauh tiga kilometer.
Oncilia berharap, pemerintah bisa membangun jalan dan jembatan menuju kampung mereka.
Lazarus Pala, guru SDN Kolit menyebut, ada 43 siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah itu. 11 di antaranya merupakan siswa asal Dusun Lewomudat, Desa Waipaar, yang setiap hari berjalan kaki tiga kilometer.
“Kesulitan akses ini membuat siswa dari Dusun Lewomudat sering terlambat masuk sekolah. Tetapi para guru di sini memakluminya karena mereka harus menempuh perjalanan jauh,” kata Lazarus.
Baca juga: Oknum TNI Diduga Pukul 4 Siswa di NTT, Bermula Korban Ribut Saat Upacara Penurunan Bendera
Pihaknya selalu mengimbau kepada orangtua agar tidak membiarkan anaknya menyeberang sungai sendirian saat hendak ke sekolah.
Lazarus menerangkan, SDN Kolit berdiri pada 2014. Hingga saat ini, sekolah itu baru mempunyai empat ruang kelas. Namun, kondisinya sudah bocor. Tak jarang hampir setiap kali hujan air masuk ke ruangan kelas. Belum lagi ketiadaan akses internet.
Meski begitu, ia berharap pemerintah Kabupaten Sikka memperhatikan siswa yang setiap hari jalan kaki dan menyeberang sungai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.