"Dulu tempat ini sudah kami bersihkan, karena katanya akan dikelola sebagai tempat wisata. Tapi ternyata tidak jadi, makanya kami biarkan terbengkalai seperti ini," jelasnya.
Di tempat ini, kata Mik Apung, ada dua Kima berukuran besar yang ditemukan. Hanya saja, karena lokasi tersebut sudah rimbun oleh semak belukar sulit untuk melihatnya secara langsung.
Penanggung Jawab Sekretariat Geopark Tambora Kabupaten Dompu, Hudan Ramadani mengemukakan, tebing gamping di sepanjang Teluk Nangamiro memang menyiratkan suatu keunikan.
Pada formasi batu gamping tersebut terdapat aneka macam hewan laut yang unik. Salah satunya adalah filum Mollusca kelas Pelecypoda atau lebih dikenal dengan sebutan Kima raksasa oleh masyarakat lokal.
Kima merupakan biota laut yang bertubuh lunak dan memiliki cangkang bertangkup. Karena bentuk yang unik dan besar, biota ini disebut Kima raksasa.
"Dengan ukuran garis tengah mencapai 1 meter, sehingga membuat keberadaan fosil ini sangat unik dibandingkan fosil lainnya," kata Hudan.
Keberadaan fosil Kima, lanjut dia, menandakan bahwa kondisi wilayah perairan Teluk Nangamiro sebelum letusan Gunung Tambora 1815 silam sangat baik.
Setelah peristiwa itu terjadi biota laut semacam ini hampir tak pernah dijumpai para nelayan di wilayah setempat.
"Kondisinya informasi terakhir yang kami terima memang sudah tidak terlihat karena semak belukar. Untuk melestarikan ini kita terkendala anggaran," ujarnya.
Kepala Desa Nangamiro, Saidin mengakui bahwa salah satu jejak letusan Gunung Tambora tersebut kondisinya memang tidak terawat.
Untuk menatanya manjadi salah satu tujuan wisata sejarah, ia beralasan tak punya anggaran khusus di desa.
"Sulit kita mau tata karena memang tidak ada alokasi anggarannya," kata Saidin.
Baca juga: Mengenal 3 Kerajaan yang Terkubur Saat Tambora Meletus
Sebagai salah satu situs Geopark Tambora, Saidin menyerahkan sepenuhnya penataan fosil Kima tersebut pada lembaga terkait, termasuk jajaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dikbudpora) Kabupaten Dompu.
Menurutnya, selain dua fosil Kima yang menempel di tebing gamping tersebut, juga ada temuan Kima yang jauh lebih besar di pesisir pantai Nangamiro. Namun, keberadaan Kima tak diketahui saat ini.
"Kalau air surut bisa kita lihat Kima itu dulu, dan dia lebih besar dari yang di tebing, cuma saya tidak tahu siapa yang mengambilnya," kata Saidin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.