Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukun Pengganda Uang Mbah Slamet Bunuh 12 Orang, Bagaimana agar Kasus Serupa Tak Terulang?

Kompas.com - 08/04/2023, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

Pasalnya korban telah menyetorkan uang sebanyak Rp70 juta secara bertahap. Tohari menjanjikan bisa melipatgandakan uang itu menjadi Rp5 miliar.

"Tapi tidak pernah ada realisasinya," ujar Kapolres Banjarnegara Hendri Yulianto.

Bagaimana pelaku beraksi?

Kapolres Banjarnegara, Hendri Yulianto, menjelaskan Tohari mengajak para korbannya ke lokasi eksekusi jelang petang hari. Adapun ritual menggandakan uang dimulai pukul 19:30 WIB.

Ritual itu berlangsung di sebuah gubuk yang terbuat dari bambu dan kayu berukuran 2x3 meter. Di dalam, mereka berbincang-bincang. Beberapa jam kemudian, korban diberikan minuman yang telah diberi racun potasium.

Kira-kira lima menit, korbannya kehilangan kesadaran kemudian dikubur.

Baca juga: 14 Laporan Orang Hilang Masuk ke Polres Banjarnegara, Diduga Jadi Korban Mbah Slamet Dukun Pengganda Uang

Lokasi kuburan para korban pun saling berdekatan. Ada beberapa liang diisi oleh dua jasad laki-laki dan perempuan yang diketahui pasangan suami istri.

Dari pengakuan pelaku, dia telah melakukan aksinya sejak tahun 2020.

Dalam menjalankan aksinya itu, Tohari mengaku tidak dibantu siapapun.

Tangan kanan Tohari yakni pria berinisial BS hanya berperan untuk mempromosikan pelaku sebagai dukun yang bisa menggandakan uang dan membujuk korban.

Kalau berhasil, BS diberikan uang Rp5 juta sampai Rp10 juta.

Dalam kasus ini polisi telah menetapkan BS sebagai tersangka karena dianggap turut serta melakukan pembunuhan berencana.

Adapun Tohari dikenakan pasal berlapis yaitu penggelapan dan pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati.

Baca juga: Sebelum Tewas, Suami Istri Asal Lampung, Korban Dukun Pengganda Uang, Video Call dari Rumah Pelaku

Apa pengakuan istri tersangka Tohari?

Seneh, istri pelaku mengatakan tidak tahu apa-apa soal aksi penggandaan uang dilakukan suaminya selama ini.

Kendati ada saja tamu yang datang mencari suaminya.

"Saya kurang tahu [bapak seperti apa]. Kalau di rumah biasa saja," ujar Seneh.

"Banyak tamu berkunjung. Ngobrol sama bapak. Saya tidak tahu mereka [ngobrol apa]. Saya hanya membuatkan minuman. Setelah mereka ngobrol lalu pergi ke ruangan di depan rumah."

Ruangan yang dimaksud Seneh adalah bangunan kecil kira-kira berukuran 2x4 meter - yang biasa dipakai untuk ritual Tohari dengan para korbannya.

Tak ada apapun di dalam ruangan itu, kecuali karpet. Seneh pun dilarang masuk ke sana.

Baca juga: Ini Wawancara Lengkap dengan Seneh, Istri Mbah Slamet Dukun Pengganda Uang Banjarnegara

Kepala Desa Balun, Mahbudiono, berkata tidak terlalu mengenal sosok tersangka. Selain karena sering keluar desa, kesehariannya jarang bergaul dengan tetangga sekitar.

Warga juga tak menaruh curiga pada pelaku lantaran di desa ini tak pernah terjadi kasus apapun.

Padahal, Tohari merupakan bekas narapidana kasus uang palsu di Pekalongan pada 2019 silam.

Saat pemeriksaan kasus ini, polisi menyita barang bukti berupa uang palsu berupa pecahan Rp100.000.

Kini, dia dibawa ke Pekalongan untuk pendalaman kasus pembunuhan berencana.

Wartawan di Banyumas, Lilik Darmawan, turut berkontribusi dalam artikel ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemuda di Gresik Tewas Usai Motor yang Dikendarainya Menabrak Truk

Pemuda di Gresik Tewas Usai Motor yang Dikendarainya Menabrak Truk

Regional
Banjir Kepulauan Aru, 150 Rumah Terendam, Warga Mengungsi

Banjir Kepulauan Aru, 150 Rumah Terendam, Warga Mengungsi

Regional
Peringati 'Mayday 2024', Wabup Blora Minta Para Pekerja Tingkatkan Kompetensi dan Daya Saing

Peringati "Mayday 2024", Wabup Blora Minta Para Pekerja Tingkatkan Kompetensi dan Daya Saing

Regional
Dinkes Periksa Sampel Makanan Penyebab Keracunan Massal di Brebes

Dinkes Periksa Sampel Makanan Penyebab Keracunan Massal di Brebes

Regional
Viral Pernikahan Sesama Jenis di Halmahera Selatan, Mempelai Perempuan Ternyata Laki-laki

Viral Pernikahan Sesama Jenis di Halmahera Selatan, Mempelai Perempuan Ternyata Laki-laki

Regional
Paman Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Entah Kenapa Hari Ini Ingin Kontak Pulu

Paman Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Entah Kenapa Hari Ini Ingin Kontak Pulu

Regional
Presiden Jokowi Undang Danny Pomanto untuk Jamu Tamu Peserta World Water Forum 2024 di Bali

Presiden Jokowi Undang Danny Pomanto untuk Jamu Tamu Peserta World Water Forum 2024 di Bali

Regional
Pesawat Latih Jatuh di BSD, Saksi: Saat 'Take Off' Cuacanya Normal

Pesawat Latih Jatuh di BSD, Saksi: Saat "Take Off" Cuacanya Normal

Regional
Mahasiswa Unika Santo Paulus NTT Pentas Teater Randang Mose demi Melestarikan Budaya Manggarai

Mahasiswa Unika Santo Paulus NTT Pentas Teater Randang Mose demi Melestarikan Budaya Manggarai

Regional
Bus Surya Kencana Terbalik di Lombok Timur, Sopir Diduga Mengantuk

Bus Surya Kencana Terbalik di Lombok Timur, Sopir Diduga Mengantuk

Regional
Cerita Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Cemas Ketika Turun Hujan

Cerita Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Cemas Ketika Turun Hujan

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Kapal Ikan Berbendera Rusia Ditangkap di Laut Arafura, 30 ABK Diamankan

Kapal Ikan Berbendera Rusia Ditangkap di Laut Arafura, 30 ABK Diamankan

Regional
Pria di Bandung Ditemukan Tewas Menggantung di Pohon Jambu, Warga Heboh

Pria di Bandung Ditemukan Tewas Menggantung di Pohon Jambu, Warga Heboh

Regional
Kronologi Bayi 1,5 Bulan Tewas Dianiaya Ayah Berusia Muda di Empat Lawang

Kronologi Bayi 1,5 Bulan Tewas Dianiaya Ayah Berusia Muda di Empat Lawang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com